Erick Edward. S

KNOWLEDGE is POWER


Syarat-syarat Perencanaan Jembatan
Pemilihan bentuk jembatan sangat dipengaruhi oleh kondisi dari lokasi jembatan tersebut. Pemilihan lokasi tergantung medan dari suatu daerah dan tentunya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di daerah dengan kata lain  bentuk dari konstruksi jembatan harus layak dan ekonomis.
Perencanaan konstruksi jembatan berkaitan dengan letaknya. Oleh beberapa ahli menentukan syarat-syarat untuk acuan dari suatu perencanaan jembatan sebagai berikut :
1.      Letaknya dipilih sedemikian rupa dari lebar pengaliran agar bentang bersih jembatan tidak terlalu panjang.
2.   Kondisi dan parameter tanah dari lapisan tanah dasar hendaknya memungkinkan perencanaan struktur pondasi lebih efesien.
3.      Penggerusan ( scow-ing ) pada penampang sungai hendaknya dapat diantisipasi sebelumnya dengan baik agar profil saluran di daerah jembatan dapat teratur dan panjang.
Dari syarat-syarat tersebut diatas telah dijelaskan bahwa pemilihan penepatan jembatan merupakan salah satu dari rangkaian system perencanaan konstruksi jembatan yang baik, namun demikian aspek–aspek yang lain tetap menjadi bagian yang penting, misalnya saja system perhitungan konstruksi; penggunaan struktur ataupun mengenai system nonteknik seperti obyektifitas pelaksana dalam merealisasikan jembatan tersebut.
Peraturan Jembatan
SNI 1725-2016 Pembebanan Jembatan
-Surat Edaran Dirjen Binamarga tentang Penyampaian Ketentuan Desain dan Revisi Jalan dan Jembatan
-Perencanaan dan pelaksanaan konstruksi jembatan gantung untuk pejalan kaki 
-Rancangan 3 Penyambungan Tiang Pancang Beton Pracetak Untuk Fondasi Jembatan
-RSNI T 12-2004 Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan 
-RSNI T-02-2005 Standar pembebanan untuk jembatan 
-RSNI T-03-2005 perencanaan struktur baja untuk jembatan 
-SNI 2451-2008 Spesifikasi pilar dan kepala jembatan sederhana bentang 5 m sampai dengan 25 m dengan pondasi tiang pancang 
-SNI 2833-2008 Standar perencanaan tahan gempa untuk jembatan
-SNI 6747-2002 Tata cara perencanaan teknis pondasi tiang untuk jembatan 
-Surat Edaran Mentri PU 07SEM2015 Pedoman Persyaratan Umum Perencanaan jembatan 
-Surat Edaran Direktorat Jenderal Bina Marga tentang Tata Cara Pengecatan Elemen Jembatan

Bagian-bagian jembatan
Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar Dan Prinsip- Prinsip Perencanaan Bangunan bawah / Pondasi Jembatan, 1988 ) Suatu bangunan jembatan pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu :



Keterangan :
1.             Bangunan atas
2.             Landasan ( Biasanya terletak pada pilar/abdument )
3.             Bangunan Bawas ( memikul beban )
4.             Pondasi
5.             Optrit, ( terletak di belakang abdument )
6.             Bangunan pengaman

Pengaman Menurut (Siswanto, 1993) : Bentuk dan bagian jembatan dapat dibagi dalam 4 bagian utama, yaitu :
1.             Struktur Atas
2.             Struktur Bawah
3.             Jalan pendekat
4.             Bangunan pengaman

1.              Struktur Atas (Superstructures)
 Menurut ( Pranowo dkk, 2007 ) struktur atas jembatan adalah bagian dari struktur jembatan yang secara langsung  menahan beban lalu lintas untuk selanjutnya disalurkan kebangunan bawah jembatan ; bagian-bagian pada struktur bangunan atas jembatan terdiri atas struktur utama, system lantai, system perletakan, sambungan siarmuai dan perlengkapan lainnya; struktur utama bangunan atas jembatan dapat berbentuk pelat, gelagar, system rangka, gantung,jembatan kabel (cable stayed) atau pelengkung.

Struktur atas jembatan umumnya meliputi :
a)                  Trotoar, berfungsi sebagai tempat berjalan bagi para pejalan kaki yang
Melewati jembatan agar tidak terganggu lalu lintas kendaraan. Konstruksi trotoardirencanakan sebagai pelat beton yang diletakkan pada lantai jembatan bagiansamping yang diasumsikan sebagai pelat yang tertumpu sederhana pada pelat jalan. Trotoar terbagi atas :



a)      Sandaran (Hand Raill), biasanya dari pipa besi, kayu dan beton bertulang.Beban yang bekerja pada sandaran adalah beban sebesar 100 kg yang bekerjadalam arah horisontal setinggi 0,9 meter.
  


b)      Tiang sandaran (Raill Post) , biasanya dibuat dari beton bertulang untuk jembatan girder beton, sedangkan untuk jembatan rangka tiang sandaran menyatu dengan struktur rangka tersebut. 



c)      Slab lantai kendaraan, berfungsi sebagai penahan lapisan perkerasan yang menahan beban langsung lalu lintas yang melewati jembatan itu.

d)      Gelagar (Girder), terdiri atas gelagar induk / memanjang dan gelagar melintang.Gelagar induk atau memanjang merupakan komponen jembatan yang letaknya melintang arah jembatan atau tegak lurus arah aliran sungai. Sedangkan, gelagar melintang merupakan komponen jembatan yang letaknya melintang arah jembatan.
 



e)      Balok diafragma, berfungsi mengakukan PCI girder dari pengaruh gaya melintang.

f)       Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang)

g)      Andas / perletakan, merupakan perletakan dari jembatan yang berfungsi untukmenahan beban berat baik yang vertikal maupun horisontal. Disamping itu juga untuk meredam getaran sehingga abutment tidak mengalami kerusakan.

2) Struktur Bawah (Substructures)
Menurut Departemen Pekerjaan Umum ( modul Pengantar Dan Prinsip  Prinsip Perencanaan Bangunana Bawah / Pondasi Jembatan, 1988 ), fungsi utama bangunan bawah adalah memikul beban beban pada bangunan atas dan pada bangunanbawahnya sendiri untuk disalurkan ke pondasi. Yang selanjutnya beban  beban tersebut oleh pondasi disalurkan ke tanah. Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekanpada tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-bebantersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar.Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :
a.              Pangkal jembatan (Abutment), merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai dinding penahan tanah. Bentuk abutment dapat berupa abutment tipe T terbalik yang dibuat dari beton bertulang.


b.             Pilar jembatan (Pier), terletak di tengah jembatan (di tengah sungai) yang memilikikesamaan fungsi dengan kepala jembatan yaitu mentransfer gaya jembatan rangkake tanah. Sesuai dengan standar yang ada, panjang bentang rangka baja, sehinggaapabila bentang sungai melebihi panjang maksimum jembatan tersebut makadibutuhkan pilar. Pilar terdiri dari bagian - bagian antara lain :

-          Kepala pilar ( pierhead )
-          Kolom pilar 
-          Pilecap
 



c.              Drainase, fungsi drainase adalah untuk membuat air hujan secepat mungkindialirkan ke luar dari jembatan sehingga tidak terjadi genangan air dalam waktuyang lama. Akibat terjadinya genangan air maka akan mempercepat kerusakan


Pengelompokan Jembatan berdasarkan tipe konstruksinya
1.      Jembatan Alang (Beam Bridge)
Jembatan alang adalah struktur jembatan yang sangat sederhana dimana jembatan hanya berupa balok horizontal yang disangga oleh tiang penopang pada kedua pangkalnya. Asal usul struktur jembatan alang berawal dari jembatan balok kayu sederhana yang di pakai untuk menyeberangi sungai. Di zaman modern, jembatan alang terbuat dari balok baja yang lebih kokoh. Panjang sebuah balok pada jembatan alang biasanya tidak melebihi 250 kaki (76 m). Karena, semakin panjang balok jembatan, maka akan semakin lemah kekuatan dari jembatan ini. Oleh karena itu, struktur jembatan ini sudah jarang digunakan sekarang kecuali untuk jarak yang dekat saja. Jembatan alang terpanjang di dunia saat ini adalah jembatan alang yang terletak di Danau Pontchartrain Causeway di selatan Louisiana, Amerika Serikat. Jembatan ini memiliki panjang 23,83 mil (38,35 km), dan lebar 56 kaki (17 m).

2.      Jembatan Penyangga (Cantilever Bridge)
     Berbeda dengan jembatan alang, struktur jembatan penyangga berupa balok horizontal yang disangga oleh tiang penopang hanya pada salah satu pangkalnya. Pembangunan jembatan penyangga membutuhkan lebih banyak bahan dibanding jembatan alang. Jembatan penyangga biasanya digunakan untuk mengatasi masalah pembuatan jembatan apabila keadaan tidak memungkinkan untuk menahan beban jembatan dari bawah sewaktu proses pembuatan. Jembatan jenis ini agak keras dan tidak mudah bergoyang, oleh karena itu struktur jembatan penyangga biasanya digunakan untuk memuat jembatan rel kereta api. Jembatan penyangga terbesar di dunia saat ini adalah jembatan penyangga Quebec Bridge di Quebec 
3.     
Jembatan Lengkung (Arch Bridge)
Jembatan lengkung memiliki dinding tumpuan pada setiap ujungnya. Jembatan lengkung yang paling awal diketahui dibangun oleh masyarakat Yunani, contohnya adalah Jembatan Arkadiko. Beban dari jembatan akan mendorong dinding tumpuan pada kedua sisinya. 
4.      Jembatan Gantung (Suspension Bridge)
Dahulu, jembatan gantung yang paling awal digantungkan dengan menggunakan tali atau dengan potongan bambu. Jembatan gantung modern digantungkan dengan menggunakan kabel baja. Pada jembatan gantung modern, kabel menggantung dari menara jembatan kemudian melekat pada caisson (alat berbentuk peti terbalik yang digunakan untuk menambatkan kabel di dalam air) atau cofferdam (ruangan di air yang dikeringkan untuk pembangunan dasar jembatan). Caisson atau cofferdam akan ditanamkan jauh ke dalam lantai danau atau sungai. Deck/ lantai jembatan di tahan oleh kabel vertikal yang dihubungkan pada kabel suspensi di atasnya. Kabel suspensi adalah bagian terpenting dari jembatan bersuspensi, karena fungsinya adalah menahan beban lantai jembatan yang nantinya diteruskan ke tumpuan yang ada di ujung jembatan. Kabel suspensi ini juga didukung oleh suatu menara yang tugasnya membawa berat daripada Dek jembatan. Jenis jembatan ini pada awalnya digunakan dalam medan pegunungan. Daerah yang pertama kali membangun jembatan jenis ini adalah di sekitar Tibet dan Bhutan. Jembatan gantung terpanjang di dunia saat ini adalah Jembatan Akashi Kaikyo di Jepang. Jembatan ini memiliki panjang 12.826 kaki (3.909 m) . 
5.      Jembatan Kabel-Penahan (Cable-Stayed Bridge)
Seperti jembatan gantung, jembatan kabel-penahan ditahan dengan menggunakan kabel. Namun, yang membedakan jembatan kabel-penahan dengan jembatan gantung adalah bahwa pada sebuah jembatan kabel-penahan jumlah kabel yang dibutuhkan lebih sedikit dan menara jembatan menahan kabel yang lebih pendek. Jembatan kabel-penahan yang pertama dirancang pada tahun 1784 oleh CT Loescher. 
6.      Jembatan Kerangka (Truss Bridge)
Jembatan kerangka adalah salah satu jenis tertua dari struktur jembatan modern. Jembatan kerangka dibuat dengan menyusun tiang-tiang jembatan membentuk kisi-kisi agar setiap tiang hanya menampung sebagian berat struktur jembatan tersebut. Kelebihan sebuah jembatan kerangka dibandingkan dengan jenis jembatan lainnya adalah biaya pembuatannya yang lebih ekonomis karena penggunaan bahan yang lebih efisien. Selain itu, jembatan kerangka dapat menahan beban yang lebih berat untuk jarak yang lebih jauh dengan menggunakan elemen yang lebih pendek daripada jembatan alang. Jembatan rangka umumnya terbuat dari baja, dengan bentuk dasar berupa segitiga. Elemen rangka dianggap bersendi pada kedua ujungnya sehingga setiap batang hanya menerima gaya aksial tekan atau tarik saja.
7.     
Jembatan Beton Prategang (Prestressed Concrete Bridge)
Jembatan beton prategang merupakan suatu perkembangan mutakhir dari bahan beton. Pada Jembatan beton prategang diberikan gaya prategang awal yang dimaksudkan untuk mengimbangi tegangan yang terjadi akibat beban. Jembatan beton prategang dapat dilaksanakan dengan dua sistem yaitu post tensioning dan pre tensioning. Pada sistem post tensioning tendon prategang ditempatkan di dalam duct setelah beton mengeras dan transfer gaya prategang dari tendon pada beton dilakukan dengan penjangkaran di ujung gelagar. Pada pre tensioning beton dituang mengelilingi tendon prategang yang sudah ditegangkan terlebih dahulu dan transfer gaya prategang terlaksana karena adanya ikatan antara beton dengan tendon. Jembatan beton prategang sangat efisien karena analisa penampang berdasarkan penampang utuh. Jembatan jenis ini digunakan untuk variasi bentang jembatan 20 - 40 meter.
8.      Jembatan Box Girder
Jembatan box girder umumnya terbuat dari baja atau beton konvensional maupun prategang. box girder terutama digunakan sebagai gelagar jembatan, dan dapat dikombinasikan dengan sistem jembatan gantung, cable-stayed maupun bentuk pelengkung. Manfaat utama dari box girder adalah momen inersia yang tinggi dalam kombinasi dengan berat sendiri yang relatif ringan karena adanya rongga ditengah penampang. box girder dapat diproduksi dalam berbagai bentuk, tetapi bentuk trapesium adalah yang paling banyak digunakan. Rongga di tengah box memungkinkan pemasangan tendon prategang diluar penampang beton. Jenis gelagar ini biasanya dipakai sebagai bagian dari gelagar segmental, yang kemudian disatukan dengan sistem prategang post tensioning. Analisa fullprestressing suatu desain dimana pada penampang tidak diperkenankan adanya gaya tarik, menjamin kontinuitas dari gelagar pada pertemuan segmen. Jembatan ini digunakan untuk variasi panjang bentang 20 – 40 meter.

Pembebanan Pada Struktur Jembatan
Ada beberapa macam pembebanan yang bekerja pada struktur jembatan, yaitu:
Beban Primer
Beban primer merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan, yang terdiri dari: beban mati, beban hidup, beban kejut dan gaya akibat tekanan tanah.
a.    Beban mati
Beban mati adalah beban yang berasal dari berat jembatan itu sendiri yang ditinjau dan termaksud segala unsur tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengan jembatan. Untuk menemukan besar seluruhnya ditentukan berdasarkan berat volume beban.
b.    Beban hidup
Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan-kendaraan yang bergerak dan pejalan kaki yang dianggap bekerja pada jembatan.

Beban Sekunder
Beban sekunder adalah beban yang merupakan beban sementara yang selalu diperhitungkan dalam penghitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan.
a.    Beban Angin
Dalam perencanaan jembatan rangka batang, beban angin lateral diasumsikan terjadi pada dua bidang yaitu:
·    Beban angin pada rangka utama.
 Beban angin ini dipikul oleh ikatan angin atas dan ikatan angin bawah.
·    Beban angin pada bidang kendaraan
Beban angin ini dipikul oleh ikatan angin bawah saja. Dalam perencanaan untuk jembatan terbuka, beban angin yang terjadi dipikul semua oleh  ikatan angin bawah.
b.   Gaya Akibat Perbedaan Suhu
Perbedaan suhu harus ditetapkan sesuai dengan keadaan setempat yaitu dengan perbedaan suhu.
·      Bangunan Baja
1)   Perbedaan suhu maksimum-minimum= 300C
2)   Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan= 150C
·      Bangunan Beton
1)   Perbedaan suhu maksimum-minimum= 150C
2)   Perbedaan suhu antara bagian-bagian jembatan=100C

c.    Gaya Rangkak dan Susut
Diambil senilai dengan gaya akibat turunnya suhu  sebesar 150C
d.   Gaya Rem dan Traksi
Pengaruh ini diperhitungkan dengan gaya rem sebesar 5% dari beban “D” tanpa koefisien kejut. Gaya re mini bekerja horizontal dalam arah jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,80 m dari permukaan lantai jembatan.
e.    Gaya Akibat Gempa Bumi
Bekerja kea rah horizontal pada titik berat kontruksi.
KS = E x G ……………………………………………[1-5]
f.     Gaya Gesekan Pada Tumpuan Bergerak
Ditinjau hanya beban mati (ton). Koefisien gesek karet dengan baja atau beton= 0,10 sampai dengan 0,15.
Beban Khusus
Beban khusus yaitu beban-beban yang khususnya bekerja atau berpengaruh terhadap suatu struktur jembatan. Misalnya: gaya sentirfugal, gaya gesekan pada tumpuan, beban selama pelaksanaan pekerjaan struktur jembatan, gaya akibat tumbukan benda-benda yang hanyut dibawa oleh aliran sungai.
a.    Gaya sentrifugal
b.   Gaya Gesekan pada Tumpuan
c.    Gaya Tumbukkan pada Jembatan Layang
d.   Beban dan Gaya selama pelaksanaan
e.    Gaya Akibat Aliran Air dan Benda-benda Hanyut

NAMA   : ERICK EDWARD PLOREN SITORUS
KELAS  : 3TA02
NPM     : 12316354
NAM DOSEN : NURYANTO

Hyperlink 1 : https://ftsp.gunadarma.ac.id/sipil/
Hyperlink 2  : https://www.gunadarma.ac.id/




0 komentar:

Posting Komentar

ERICK EDWARD PLOREN SITORUS

Search

Gunadarma Corner

Popular Posts

Gunadarma Corner

Weekly most viewed

Electricity Lightning