PERANAN KEBUDAYAAN HINDU
BUDHA, ISLAM DAN MODERN DI INDONESIA
1.) KEBUDAYAAN HINDU BUDHA
Agama
Hindu dan Buddha merupakan Agama yang berasal dari negara India, yang pada
perjalanannya menjadi salah satu agama-agama terbesar pengikutnya. Secara
garis besar perkembangan agama Hindu dibedakan menjadi tiga tahap.
Tahap pertama berlangsung sekitar abad 1500-1000 SM yang dikenal dengan agama
Weda. Tahap kedua adalah zaman agama Buddha yang berlangsung sekitar 500 SM-300
M. yang mempunyai corak berbeda dengan agama Weda, dan tahap yang ketiga
adalah apa yang dikenal dengan agama Hindu yang berlangsung sejak 300 M. sampai
sekarang. Agama Hindu berkembang hingga ke luar India termasuk Indonesia, yang
dibawa oleh para Rsi atau para Brahman. Agama Hindu merupakan agama impor yang
pertama kali masuk ke Indonesia dan berinteraksi dengan masyarakat Indonesia
yang notabenenya sudah mempercayai Animisme dan Dinamisme.
Sedangkan
agama Buddha sendiri bisa dikatakan sebagai pembaharu dari agama Hindu yang dibawa
oleh Sidharta Gautama. Yang pada perjalannya sang Buddha sendiri
melakukan pengembaraan untuk mencari penerahan yang abadi. Berbeda halnya
dengan agama hindu, agama Buddha lebih banyak berkembang di Cina di bandingkan
dengan asal mulanya agama tersebut yaitu India.
India dan Cina memilki tingkap peradaban yang
lebih maju, dan edua negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang
baik dengan Negara-negara tetangga lainnya. Arus lalu lintas perdagangan
dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur
lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka. Dan
Indonesia terletak di jalur dua benua dan dua samudera, serta berada di dekat
Selat Malaka.
Proses Masukknya Agama
Hindu-Buddha ke Indonesia.
Peta
Jalur Perdagangan Laut Asia Tenggara
Agama Hindu- Budha berasal dari India, yang
kemudian menyebar ke Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak
diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan Pasifik)
yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia.
Awal
abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur
sutera) tetapi beralih kejalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan
antara Cina dan India melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan
aktif dalam perdagangan tersebut. Akibat hubungan dagang tersebut, maka
terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia dengan India, dan Indonesia dengan
Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun
budaya Cina ke Indonesia. Mengenai siapa yang membawa atau menyebarkan agama
Hindu - Budha ke Indonesia, tidak dapat diketahui secara pasti, walaupun
demikian para ahli memberikan pendapat tentang proses masuknya agama Hindu -
Budha atau kebudayaan India ke Indonesia.
Keterlibatan
bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional
tersebut menyebabkan timbulnya percampuran budaya. Misalnya saja India,
negara pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk
budaya Hindu. Para sejarawan mengatakan bahwa banyak pendapat atau teori
masuknya agama hindu-budha di Indonesia, antara lain:
1.
Teori
Brahman
Teori ini di kemukakan oleh J.C. Van Leur,
berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum
Brahman. Hanya kaum Brahmanalah yang berhak mempelajari serta mengajarkan
agama Hindu karena hanya kaum Brahmanlah yang mengerti isi kitab suci
Weda. Kedatangan Kaum Brahmana tersebut diduga karena undangan
Penguasa/Kepala Suku di Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan agama
Hindu ke Indonesia. Beliau juga mengatakan bahwa kaum
Brahman sangat berperan dalam penyebaran agama dan kebudayaan agama Hindu ke
Indonesia.
2.
Teori
Ksatria
Terdapat dua pendapat mengenai teori Ksatria
yang pertama menurut Prof.Dr.Ir.J.L.Moens berpendapat bahwa yang membawa agama
Hindu ke Indonesia adalah kaum ksatria atau golongan prajurit, karena adanya
kekacauan politik/peperangan di India abad 4 - 5 M, maka prajurit yang kalah perang
terdesak dan menyingkir ke Indonesia, bahkan diduga mendirikan kerajaan di
Indonesia. Yang dikemukakan oleh F.D.K. Bosch, menyatakan bahwa adanya
raja-raja dari India yang datang menaklukan daerah-daerah tertentu di Indonesia
yang telah mengakibatkan penghinduan penduduk setempat.
3.
Teori
Wasiya
Yang dikemukakan oleh N.J. Krom, mengatakan
bahwa pengararuh Hindu masuk ke Indonesai melalui golongan pedagang dari kasta
waisya yang menetap di Indonesai dan kemudian memegang peranan penting dalam
proses penyebaran kebudayaan India termasuk agama Hindu.
4.
Teori
Sudra
Von van Faber, menyatakan bahwa agama Hindu
masuk ke Indonesia dibawah oleh kasta sudra. Tujuan mereka adalah mengubah
kehidupan karena di India mereka hanya hidup sebagai pekerja kasar dan
budak. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi
andil dalam penyebaran agama dan kebudayaan Hindu ke Nusantara.
5.
Teori
Campuran
Teori ini beranggapan bahwa baik kaum
brahmana, ksatria, para pedagang, maupun golongan sudra bersama-sama
menyebarkan agama Hindu ke Indonesia sesuai dengan peran masing-masing.
6.
Teori
Arus Balik
Teori arus blik ini tidak hanya berlaku untuk
proses masuknya agamaHindu ke Indonesia saja melainkan untuk agama Buddha
juga. Para ahli mengatakan bahwa banyak pemuda di Indonesia yang belajar
agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan
organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang
banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Sedangakan menurut pendapat
FD. K. Bosh, teori arus balik ini menekankan peranan bangsa Indonesia dalam
proses penyebaran kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia.
Menurutnya penyebaran budaya India di
Indonesia dilakukan oleh para cendikiawan atau golongan terdidik. Golongan ini
dalam penyebaran budayanya melakukan proses penyebaran yang terjadi dalam dua
tahap yaitu sebagai berikut: Pertama, proses penyebaran di lakukan oleh
golongan pendeta Buddha atau para biksu, yang menyebarkan agama Budha ke Asia
termasuk Indonesia melalui jalur dagang, sehingga di Indonesia terbentuk
masyarakat Sangha, dan selanjutnya orang-orang Indonesia yang sudah menjadi
biksu, berusaha belajar agama Budha di India. Sekembalinya dari India mereka
membawa kitab suci, bahasa sansekerta, kemampuan menulis serta kesan-kesan
mengenai kebudayaan India. Dengan demikian peran aktif penyebaran budaya
India, tidak hanya orang India tetapi juga orang-orang Indonesia yaitu para
biksu Indonesia tersebut. Hal ini dibuktikan melalui karya seni Indonesia yang
sudah mendapat pengaruh India masih menunjukan ciri-ciri Indonesia.
Kedua, proses penyebaran kedua dilakukan oleh golongan Brahmana terutama aliran
Saiva-siddharta. Menurut aliran ini seseorang yang dicalonkan untuk menduduki
golongan Brahmana harus mempelajari kitab agama Hindu bertahun-tahun sampai
dapat ditasbihkan menjadi Brahmana. Setelah ditasbihkan, ia dianggap telah disucikan
oleh Siva dan dapat melakukan upacara Vratyastome / penyucian diri untuk
menghindukan seseorang
Pada dasarnya teori Brahmana,
Ksatria dan Waisya memiliki kelemahan yaitu, golongan Ksatria dan Waisya tidak
mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan
bahasa Sansekerta adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab
suci Weda. Dan golongan Brahmana walaupun menguasai bahasa
Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh menyebrangi laut,
dengan adanya kontak dagang antara
Indonesia dengan India, maka mengakibatkan adanya kontak budaya atau akulturasi
yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi tidak melenyapkan
kepribadian kebudayaan sendiri. Harus Anda pahami masuknya pengaruh Hindu dan
Budha merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap didukung oleh
proses perdagangan.
Hal ini berarti kebudayaan Hindu - Budha yang masuk ke
Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan
disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya
tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi
kebudayaan Indonesia Hindu - Budha.
WUJUD AKULTURASI DARI AGAMA HINDU-BUDHA DENGAN BUDAYA DI INDONESIA :
1.
Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang
bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat Anda
temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan
bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sansekerta pada awalnya banyak ditemukan
pada prasasti (batu bertulis) peninggalan kerajaan Hindu - Budha pada abad 5 -
7 M, contohnya prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan
Tarumanegara. Tetapi untuk perkembangan selanjutnya bahasa Sansekerta di
gantikan oleh bahasa Melayu Kuno seperti yang ditemukan pada prasasti
peninggalan kerajaan Sriwijaya 7 - 13 M. Untuk aksara, dapat dibuktikan adanya
penggunaan huruf Pallawa, kemudian berkembang menjadi huruf Jawa Kuno (kawi)
dan huruf (aksara) Bali dan Bugis. Hal ini dapat dibuktikan melalui Prasasti
Dinoyo (Malang) yang menggunakan huruf Jawa Kuno.
2.
Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang
berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke Indonesia adalah
kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme, dengan masuknya agama
Hindu - Budha ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai
agama-agama tersebut. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah
mengalami perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata
lain mengalami Sinkritisme. Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di
Indonesia, berbeda dengan agama Hindu - Budha yang dianut oleh masyarakat
India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat Anda lihat dalam upacara ritual yang
diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara
Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak
dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
3.
Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Wujud
akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat Anda lihat dalam
organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia
setelah masuknya pengaruh India.
Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut, maka sistem pemerintahan
yang berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh
seorang raja secara turun temurun. Raja di Indonesia ada yang dipuja sebagai
dewa atau dianggap keturunan dewa yang keramat, sehingga rakyat sangat memuja
Raja tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah
di Singosari seperti Kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa dan R Wijaya Raja
Majapahit diwujudkan sebagai Harhari (dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Kerajaan dan Bangunan Yang Bercorak Hindu :
a.
Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan
tertua bercorak Hindu di Indonesia. Kerajaan ini terletak di Kalimantan,
tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai sendiri diambil dari nama tempat
ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Tujuh buah yupa
merupakan sumber utama bagi para ahli untuk menginterpretasikan sejarah
Kerajaan Kutai. Dari salah satu yupa tersebut, diketahui bahwa raja yang
memerintah Kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman.
Mulawarman
adalah anak Aswawarman dan cucu Kudungga, Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat
kental dengan pengaruh bahasa Sansekerta. Putra Kudungga, Aswawarman,
kemungkinan adalah raja pertama kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga
diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta,
yang artinya pembentuk Keluarga.
Putra
Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa, diketahui bahwa pada masa pemerintahan
Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya
meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera
dan makmur.
b.
Kerajaan Tarumanegara
Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara
diperoleh dari prasasti-prasasti yang berhasil ditemukan. Namun, tulisan pada
beberapa prasati, seperti pada Prasati Muara Cianten dan Prasasti Pasir Awi
sampai saat ini belum dapat diartikan. Banyak informasi berhasil diperoleh dari
tulisan pada kelima prasasti lainnya, terutama Prasasti Tugu yang merupakan
prasasti terpanjang, Tujuh prasasti dari kerajaan Tarumanegara adalah: Prasasti
Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Jambu, Prasasti Muara Cianten,
Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Awi, dan Prasasti Munjul.
Sumber
sejarah penting lain yang dapat menjadi bukti keberadaan kerajaan Tarumanegara
adalah catatan sejarah pengelana Cina. Catatan sejarah pengelana Cina yang
menyebutkan keberadaan Kerajaan Tarumanegara adalah catatan perjalanan pendeta
Cina Fa-Hsein, pada tahun414 dan catatan kerajaan Dinasti Sui dan Dinasti Tang.
Dari salah satu prasasti, yakniPrasati Ciaruteun yang ditemukan di Desa
Ciampea, Bogor, diketahui bahwa Purnawarman dikenal sebagai raja yang gagah
berani. Data sejarah yang lebih jelas, terdapat pada Prasasti Tugu. Pada
prasasti yang panjang ini, dikatakan bahwa pada tahun pemerintahannya yang
ke-22, Purnawarman telah menggali Sungai Gomati. Dari prasati tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Purnawarman memerintah dalam waktu yang cukup lama.
Kerajaan dan Bangunan Yang Bercorak Buddha :
a.
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya didirikan ± abad
ke-7 hingga tahun 1377. Pada mulanya Kerajaan Sriwijaya berpusat di
sekitar Sungai Batanghari, pantai timur Sumatra, tetapi pada perkembangannya
wilayah kerajaan Sriwijaya meluas hingga meliputi wilayah Kerajaan Melayu,
Semenanjung Malaya, dan Sunda (kini wilayah Jawa Barat). Catatan mengenai
kerajaan-kerajaan di Sumatra didapat dari seorang pendeta Buddha dari Tiongkok
yang bernama I-Tsing yang pernah tinggal di Sriwijaya antara tahun 685-689 M.
Dari
Prasasti Kedukan Bukit (683), dapat diketahui bahwa Raja Dapunta Hyang berhasil
memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukan daerah Minangatamwan, Jambi.
Daerah Jambi sebelumnya adalah wilayah kerajaan Melayu. Daerah itu merupakan
wilayah taklukan pertama Kerajaan Sriwijaya. Dengan dikuasainya wilayah Jambi,
Kerajaan Sriwijaya memulai peranannya sebagai kerajaan maritim dan perdagangan
yang kuat dan berpengaruh di Selat Malaka. Ekspansi wilayah Kerajaan Sriwijaya
pada abad ke-7 menuju ke arah selatan dan meliputi daerah perdagangan Jawa di
Selat Sunda.
Kerajaan
Sriwijaya mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa. Pada
masa itu, kegiatan perdagangan luar negeri ditunjang juga dengan penaklukan
wilayah-wilayah sekitar. Sepanjang abad ke-8, wilayah Kerajaan Sriwijaya meluas
kea rah utara dengan menguasai Semenanjung Malaya dan daerah perdagangan di
Selat Malaka dan Laut Cina Selatan. Sejarah tentang Raja Balaputradewa dimuat
dalam dua prasasti, yaitu Prasasti Nalanda dan Prasasti Ligor.
Raja
kerajaan Sriwijaya yang terakhir adalah Sri Sanggrama Wijayatunggawarman. Pada
masa pemerintahan Sri Sanggrama Wijayatunggawarman, hubungan Kerajaan Sriwijaya
dan kerajaan Chola dari India yang semula sangat erat mulai renggang. Hal itu
disebabkan oleh seranggan yang dilancarkan Kerajaan Chola di bawah pimpinan
Rajendracoladewa atas wilayah Sriwijaya di semenanjung Malaya.
Serangan-serangan tersebut menyebabkan kemunduran kerajaan Sriwijaya.
b.
Sailendra di Mataram
Sekitar tahun ± 775-850 M di daerah
Bagelan dan Yogyakarta berkuasalah raja-raja dari Wangsa Sailendra yang memeluk
agama Buddha. Dan pada kerajaan inilah Mataram mengalami masa keemasaan
dan daerah-daerah yang berada dibawah pemerintahan Sailendra. Dan pada
masa raja Sailenra lah banyak seniman-seniman Indonesia yang telah melahirkan karya-karya
yang mengagumkan, misalnya candi Borobudur, candi paling besar yang dibangun
pada masa pemerintahan raja Sailendra. Selain itu ada candi Pawon,
Mendut, Kalasan dan Sewu.
c.
Kerajaan Majapahit
Kerajaan bercorak Hindu yang terakhir
dan terbesar di pulau Jawa adalah Majapahit. Nama kerajaan ini berasal dari
buah maja yang pahit rasanya. Ketika orang-orang Madura bernama Raden Wijaya
membuka hutan di Desa Tarik, mereka menenukan sebuah pohon maja yang berubah
pahit. Padahal rasa buah itu biasanya manis. Oleh karena itu mereka menamakna
permukiman mereka itu sebagai Majapahit. Daerah ini merupakan daerah yang
diberikan Raja Jayakateang dari Kerajaan Kediri kepada Raden Wijaya. Raja
Wijaya adalah menantu Raja Kertanegara dari kerajaan Singasari. Pada saat
Kerajaan Singasari diserbu dan dikalahkan oleh Jayakatwang, Raden Wijaya
berhasil melarikan diri. Ia mencari perlindungan kepada Bupati Madura yang
bernama Arya Wiraraja. Dengan bantuan orang-orang Madura, ia membangun
pemuliman di Desa Tarik yang kemudian diberi nama Majapahit tersebut.
Pada
tahun 1292, armada Cina yang terdiri dari 1.000 buah kapal dengan 20.000 orang
prajurit tiba di Tuban, Jawa Timur. Tujuan mereka adalah menghukum Raja
Kertanegara yang menyatakan tidak mau tunduk kepada Kaisar Kubilai Khan dari
Cina. Mereka tidak mengetahui bahwa Raja Kertanegara dari Singasari itu telah
meninggal dikalahkan oleh Raja Jayakatwang dari Kediri.
Melihat
peluang ini, Raden Wijaya mengambil kesempatan untuk merebut kembali Kerajaan
Singasari. Ia menggabungkan diri dengan pasukan cina dan menyerang Raja
Jayakatwang di Kediri. Kerajaan Kediri tidak mampu menghadapi serangan itu.
Raja Jayakatwang berhasil dikalahkan. Kemenangan itu membuat pasukan Cina
bergembira dan berpesta pora. Mereka tidak menyaka kalau kesempatan itu dipakai
oleh Raden Wijaya untuk balik menyerang mereka. Pasukan Raden Wijaya berhasil
mengusir armada Cina kembali ketanah airnya. Sejak saat itu Kerajaan Majapahit
dianggap sudah berdiri.
Raden
Wijaya naik tahta sebagai Raja Majapahit pada tahun 1293 dengan gelar Sri
Kertarajasa Jayawardhana. Pada tahun 1295., berturut-turut pecah pembrontakan
yang dipimpin oleh Rangga lawe dan disusul oleh Saro serta Nambi.
Pembrontakan-pembrontakan itu bisa dipadamkan. Raden Wijaya wafat pada tahun
1309 dan mendapat penghormatan di dua tempat, yaitu Candi Simping (Sumberjati)
dan Candi Artahpura.
Setelah
Raden Wijaya wafat, putera permaisuri Tribuwaneswari yang bernama Jayanegara
menggantikannya sebagai Raja Majapahit. Pada awal pemerintahannya Jayanegara
harus menghadapi sisa pemberontakan yang meletus dimasa ayahnya masih hidup.
Selain pembrontakan Kuti dan Sumi, Raja Jayanegara diselamatkan oleh pasukan
pengawal (Bhayangkari) yang dipimpin oleh Gajah Mada ia kemudian diungsikan ke
Desa Bedager.
Raja
Jayanegara wafat tahun1328 karena dibunuh oleh salah seorang anggota
dharmaoutra yang bernama Tanca. Oleh karena ia tidak mempunyai putra ia
kemudian digantikan oleh adik perempuannya Bhre Kahuripan yang bergelar
Tribuanatunggadewi Jayawishnuwardhani. Suaminya bernama Cakradhara yang
berkuasa di Singasari dengan gelar Kertawerdhana.
Dari
kitab Negarakertagama, digambarkan adanya beberapa pemberontakan di masa
pemerintahan Ratu Tribuanatunggadewi. Pembrontakan yang paling berbahaya adalah
pemberontakan di Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Namun pemberontakan itu
pemberontakan itu dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Setelah itu Gajah Mada
bersumpah di hadapan Raja dan para pembesar kerajaan bahwa ia tidak akan amukti
palapa (memakan buah palapa), sebelum ia dapat menundukan Nusantara.
Pada
tahun 1334, lahirlah putra mahkota Kerajaan Majapahit yang diberi nama Hayam
Wuruk. Pada tahun 1350, Ratu Tribuanatunggadewi mengundurkan diri setelah
berkuasa 22 tahun. Ia wafat pada tahun 1372. Pada tahun 1350, Hayam Muruk
dinobatkan sebagai raja Majapahit dan bergelar Sri Rajasanagara. Gajah Mada
diangkat sebagai Patih Hamangkubumi. Dibawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah
Mada, Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan Majapahit
menguasai wilayah yang sangat luas. Hampir seluruh wilayah Nusantara tunduk
pada Majapahit.
Gajah
Mada meninggal tahun 1364. Meninggalnya Gajah Mada menjadi titik tolak
kemunduran Majapahit. Setelah Gajah Mada tidak ada negarawan yang kuat dan
bijaksana. Keadaan semakin memburuk setelah Hayam Wuruk juga meninggal pada
tahun 1389. Hayam Wuruk tidak memiliki putra mahkota. Tahta kerajaan Majapahit
diberikan pada menantunya yang bernama Wikramawardhana (suami dari putri
mahkota Kusumawardhani). Hayam Wuruk sebenarnya memiliki putra yang bernama
Bhre Wirabhumi. Namun, dia bukan anak dari permaisuri sehingga tidak berhak
mewarisi tahta Kerajaan Majapahit.
Meskipun
demikian, Wirabhumi tetap diberi kekuasaan di wilayah kekuasaan di wilayah
Kerajaan sebelah Timur, yaitu Blambangan. Dengan cara tersebut, kemungkinan
perpecahan antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana berhasil diredam. Masalah
kembali timbul ketika tahta Kerajaan Majapahit kembali kosong setelah
Kusumawardhani meninggal dunia pada tahun 1400. Wikramawardhana berniat untuk menjadi
pendeta dan menunjuk putrinya, Suhita, menjadi ratu Kerajaan Majapahit.
Pada
tahun 1401, pecah perang antara keluarga Wikramawardhana dan Wirabhumi yang
dikenal sebagai Perang Paregreg. Perang Paregreg baru berakhir pada tahun 1406
dengan terbunuhnya Bhre Wirabhumi. Parang saudara ini semakin melemahkan
Kerajaan Majapahit. Satu demi satu daerah kekuasaannya melepaskan diri. Tidak
ada lagi raja yang kuat dan mampu memerintah kerajaan yang demikian luas.
Menurut catatan. Kerajaan Majapahit runtuh sekitar tahun 1500 yang didasarkan
pada tahun bersimbol Sirna Ilang Kertaning Bhumi.
Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak
dan turun-temurun seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip
musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai
putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu
pengangkatan Wikramawardana.Wujud akulturasi di samping terlihat dalam sistem
pemerintahan juga terlihat dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan
masyarakat berdasarkan sistem kasta. Kasta tersebut dibedakan atas empat kasta atau kelas yaitu dari kasta yang
paling tinggi sampai kasta yang rendah, sebagai berikut :
·
Kasta Brahmana : terdiri atas para
pemimpin agamaatau pendeta
·
Kasta Ksatria : terdiri atas para bangsawan, rajadan
keturunannya serta prajurit pemerintahan
·
Kasta Waisya : terdiri atas para pengusaha dan
pedagang
·
Kasta Sudra : terdiri atas para petani,
pekerja kasar.
4.
Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang
pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun
saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama
dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun
sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M
5. Peralatan Hidup dan Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari peralatan hidup dan
teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi tersebut
memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi di Indonesia
tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia
hanya mengambil unsur teknologi perbuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang
tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat
berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi
tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah
punden berundak-undak, yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan
Megalithikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan. Sedangkan fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia
sesuai dengan asal kata candi tersebut. Perkataan candi berasal dari kata
Candika yang merupakan salah satu nama dewi Durga atau dewi maut, sehingga
candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya
raja-raja dan orang-orang terkemuka. Di samping itu, dalam bahasa kawi candi
berasal dari kata Cinandi artinya yang dikuburkan. Untuk itu yang dikuburkan
didalam candi bukanlah mayat atau abu jenazah melainkan berbagai macam benda
yang menyangkut lambang jasmaniah raja yang disimpan dalam Pripih.
Dengan demikian fungsi candi Hindu di Indonesia adalah
untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang
sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah raja sedangkan
fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap dewa, contohnya
seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan tempat pemujaan
terhadap dewa Syiwa.
Gambar 1. Candi Jago,
Malang, Jawa Timur
Gambar 1. adalah gambar
candi juga salah satu peninggalan kerajaan Singosari yang merupakan tempat
dimuliakannya raja Wisnuwardhana yang memerintah tahun 1248 - 1268.
Dilihat dari gambar
candi tersebut, bentuk dasarnya adalah punden berundak- undak dan pada bagian
bawah terdapat kaki candi yang di dalamnya terdapat sumuran candi, di mana di
dalam sumuran candi tersebut tempat menyimpan pripih (lambang jasmaniah raja
Wisnuwardhana).
Untuk candi yang
bercorak Budha fungsinya sama dengan di India yaitu untuk memuja Dyani
Bodhisattwa yang dianggap sebagai perwujudan dewa,
Gambar 2. Candi Borobudur, Jawa Tengah
Gambar 2. candi Borobudur adalah candi Budha
yang terbesar sehingga merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia dan
merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram dilihat dari 3 tingkatan,
pada tingkatan yang paling atas terdapat patung Dyani Budha.Patung-patung Dyani
Budha inilah yang menjadi tempat pemujaan umat Budha. Di samping itu juga pada
bagian atas, juga terdapat atap candi yang berbentuk stupa.
Untuk candi Budha di India hanya berbentuk
stupa, sedangkan di Indonesia stupa merupakan ciri khas atap candi-candi yang
bersifat agama Budha. Dengan demikian seni bangunan candi di Indonesia memiliki
kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya mengambil intinya saja dari unsur
budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya tetap sesuatu yang bercorak
Indonesia.
Demikianlah uraian materi tentang wujud
akulturasi dalam peralatan hidup dan teknologi yang terlihat pada bangunan
candi, kalau Anda sudah paham simak uraian akulturasi berikutnya.
6.
Kesenian
Wujud akulturasi
dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni pertunjukan
. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding
candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak menggambarkan suatu
kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha.
Gambar 3. Relief Candi Borobudur
Gambar di atas adalah relief dari candi
Borobudur yang menggambarkan Budha sedang digoda oleh Mara yang menari-nari
diiringi gendang. Relief ini mengisahkan riwayat hidup Sang Budha seperti yang
terdapat dalam kitab Lalitawistara. Demikian pula halnya dengan candi-candi
Hindu. Relief-reliefnya yang juga mengambil kisah yang terdapat dalam
kepercayaan Hindu seperti kisah Ramayana yang digambarkan melalui relief candi
Prambanan ataupun candi Panataran.
Dari relief-relief tersebut apabila diamati
lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil kisah asli cerita tersebut,
tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah suasana
kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia. Dengan demikian
terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja budaya India, tetapi selalu
berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di Indonesia.
Untuk wujud
akulturasi dalam seni sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu ceritera/
kisah yang berkembang di Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana yang
ditulis oleh Walmiki dan kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Kedua kitab
tersebut merupakan kitab kepercayaan umat Hindu. Tetapi setelah berkembang di
Indonesia tidak sama proses seperti aslinya dari India karena sudah disadur
kembali oleh pujangga-pujangga Indonesia, ke dalam bahasa Jawa kuno. Dan,
tokoh-tokoh cerita dalam kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh
punokawan seperti Semar, Bagong, Petruk dan Gareng. Bahkan dalam kisah
Bharatayuda yang disadur dari kitab Mahabarata tidak menceritakan perang antar
Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan kemenangan Jayabaya dari Kediri
melawan Jenggala.
Di samping itu
juga, kisah Ramayana maupun Mahabarata diambil sebagai suatu ceritera dalam
seni pertunjukan di Indonesia yaitu salah satunya pertunjukan Wayang. Seni
pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman
prasejarah dan pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh
masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat
dari pengambilan lakon ceritera dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang
berasal dari budaya India, tetapi tidak sama persis dengan aslinya karena sudah
mengalami perubahan. Perubahan tersebut antara lain terletak dari karakter atau
perilaku tokoh-tokoh ceritera misalnya dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh
Durna, dalam cerita aslinya Dorna adalah seorang maha guru bagi Pendawa dan
Kurawa dan berperilaku baik, tetapi dalam lakon di Indonesia Dorna adalah tokoh
yang berperangai buruk suka menghasut.
7. Sastra
Berkembangnya pengaruh India di Indonesia
membawa kemajuan besar dalam bidang sastra. Karya sastra terkenal yang mereka
bawa adalah kitab Ramayana dan Mahabharata. Adanya kitab-kitab itu memacu para
pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri. Karya-karya sastrayang
muncul di Indonesia adalah :
1. Arjunawiwaha,
karya Mpu Kanwa,
2. Sutasoma, karya
Mpu Tantular, dan
3. Negarakertagama,
karya Mpu Prapanca.
Kebudayaan Hindu – Budha yang masuk ke
Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah dan
disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya
tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi
kebudayaan Indonesia Hindu – Budha.
Akulturasi
budaya tersebut lalu berkembang dalam sistem kemasyarakatan atau kehidupan
sosial bangsa Indonesia waktu itu, yaitu pembagian lapisan masyarakat
berdasarkan sistem kasta atau golongan. Akan teapi, sistem kasta yang berlaku
di nusantara tidaklah seketat di negara asalnya.
2.
KEBUDAYAAN ISLAM
Peradaban
islam berbasis pada islam sebagai sebuah agama yang diwahyukan kepada muhammad
SAW. Islam telah membawa bangsa arab yang sebelumnya terbelakang dan primitif
menjadi bangsa yang maju sejak memiliki islam sebagai identitas. Identitas
islam kemudian berkembang dan efektif mewarnai peradaban dunia. Identitas islam
dalam perkembangannya tidak hanya di dominasi kultur arab saja tetapi juga
kultur persia, turki, melayu, dan afrika.
Tradisi
pemikiran dikalangan umat Islam berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu
sendiri.Dalam konteks masyarakat Arab dimana Islam lahir dan berkembang disana,
kedatangan Islam lengkap dengan tradisi keilmuannya.sebab masyarakat Arab
praIslam belum mempunyai sistam pengembangan pemikiran secara sistematis. Pada
awal perkembangan Islam, sistem pendidikan dan pemikiran yang sistematis belum
terselenggara karena ajaran Islam tidak diturunkan sekaligus.namun, isyarat
Islam sudah cukup jelas meletakkan fondasi yang kokoh terhadap perkembangan imu
dan pemikiran , sebagaiman terlihat pada ayat yang pertama diturunkan yaitu
suatu perintah untuk membaca dengan nama Allah (Q.S.Al Alaq/96:1). Dalam kaitan
itu dapat dipahami mengapa proses pendidikan Islam berlangsung di rumah yaitu
Darul Arqam. Ketika masyarakat Islam telah terbentuk, maka pendidikan Islam
dapat diselenggarakan di masjid. Proses pendidikan pada kedua tempat tersebut
dilakukan dalam lingkaran besar yang disebut Halaqah.
1.) Teori Masuknya Islam di Indonesia
Lahirnya
agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, pada abad
ke-7 M, menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang pernah dialami
oleh umat manusia. Islam merupakan gerakan
raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Masuk dan berkembangnya
Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis sangat kompleks
dan terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam.
Suatu kenyataan bahwa kedatangan Islam
ke Indonesia dilakukan secara damai Islam dalam batas-batas tertentu disebarkan
oleh pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para guru agama dan pengembara sufi.
Orang yang terlibat dalam penyebaran islam tidak bertendensi, mereka hanya
melakukan kewajiban tanpa pamrih, sehingga nama-nama mereka berlalu begitu
saja.
Suatu kenyataan bahwa
kedatangan Islam ke Indonesia dilakukan secara damai. Islam dalam batas-batas
tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para guru agama
dan pengembara sufi. Orang yang terlibat dalam penyebaran islam tidak
bertendensi, mereka hanya melakukan kewajiban tanpa pamrih, sehingga nama-nama
mereka berlalu begitu saja. Dampaknya ialah terjadi perbedaan pendapat mengenai
kedatangan islam pertama kali di Indonesia.
Secara garis besar perbedaan pendapat
itu dapat dibagi sebagai berikut:
a. Dipelopori oleh sarjana-sarjana orientalis Belanda,
diantaranya Snouck Hurgronje yang berpendapt bahwa Islam datang ke Indonesia
pada abad ke-13 M dari Gujarat dengan bukti ditemukannya makam sultan yang
beragama Islam pertama Malik as-Sholeh, raja pertama kerajaan samudra pasai
yang dikatakan berasal dari gujarat.
b. Dikemukakan oleh sarjana-sarjana Muslim, diantaranya Prof.
Hamka, yang mengadakan “Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia” di Medan
tahun 1963. Hamka dan teman-temannya berpendapat bahwa islam sudah datang ke
Indonesia pada abad pertama Hijriyah (± abad ke-7 sampai 8 M) langsung dari
Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional sudah
dimulai jauh sebelum abad ke-13 melalui selat malaka tang menghubungkan Dinasti
Tang di Cina (Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia
Barat.
c. Sarjana Muslim kontemporer seperti Taufik Abdullah
mengkompromikan kedua pendapat tersebut. Menurutnya memang benar Islam sudah datang
ke indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 M, tetapi baru dianut
oleh pedagang Timur Tengah di pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk secara
besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya
Kerajaan Samudra Pasai.
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di
Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul
Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu:
- Teori
Gujarat,
- Teori
Makkah dan
- Teori
Persia.
1. Teori Gujarat
Teori
berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya
berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan
bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Hubungan dagang Indonesia dengan India telah
lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
2. Teori Mekkah
Teori
ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lamayaitu
teori Gujarat. Teori Mekkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada
abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai
barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan
bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4.
Hal ini juga sesuai dengan berita Cina[1].
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13
dan pembawanya berasal dari Persia (Iran).
Proses penyebaran
Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para
pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa,
peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal
dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
1. Maulana Malik
Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
2. Sunan Ampel dengan
nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
3. Sunan Bonang
adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan
Islam di Bonang (Tuban).
4. Sunan Drajat juga
putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di
daerah Gresik/Sedayu.
5. Sunan Giri nama
aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
6. Sunan Kudus nama
aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
7. Sunan Kalijaga
nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah
Demak.
8. Sunan Muria adalah
putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di
daerah Gunung Muria.
9. Sunan Gunung Jati
nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon)
2.) Kerajaan- Kerajaan Islam di Indonesia
Kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia ada banyak, antara lain:
1. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan
Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh Marah Silu bergelar Sultan
Malik al- Saleh, sebagai raja pertama yang memerintah tahun
1285 – 1297. Kerajaan ini masih ada sampai abad ke-15. Pusat kerajaaan Samudera
Pasai kemudian dipindah ke Pase.
2. Kerajaan Demak
Demak merupakan kerajaan Islam pertama
di pulau Jawa dengan rajanya yaituRaden Patah.
Demak dengan cepat mencapai kejayaannya, terutama setelah Malaka jatuh ke
Portugis. Putranya yang bernama Pati Unus yang bergelar Pangeran Sabrang Lor
sangat berjasa membantu ayahnya meluaskan dan memperkuat kedudukan kerajaan
Demak sebagai kerajaan Islam. Raden Patah wafat tahun 1518 dan diganti oleh
Pati Unus.
3. Kerajaan Banten
Daerah ujung barat pulau Jawa yaitu Banten
dan Sunda Kelapa dapat direbut oleh Demak, di bawah pimpinan Fatahillah. Untuk
itu daerah tersebut berada di bawah kekuasaan Demak. Setelah Banten diislamkan
oleh Fatahillah maka daerah Banten diserahkan kepada putranya yang bernama Hasannudin,
sedangkan Fatahillah sendiri menetap di Cirebon, dan lebih menekuni hal
keagamaan. Dengan diberikannya Banten kepada Hasannudin, maka Hasannudin
meletakkan dasar-dasar pemerintahan kerajaan Banten dan mengangkat dirinya
sebagai raja pertama, yang memerintah tahun 1552 – 1570.
4. Kerajaan Mataram
Pada awal
perkembangannya kerajaan Mataram adalah daerah kadipaten yang dikuasai oleh Ki
Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh Pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir)
yaitu raja Pajang kepada Ki Gede Pamanahan atas jasanya membantu mengatasi
perang saudara di Demak yang menjadi latar belakang munculnya kerajaan Pajang.
Kerajaan Mataram mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Raden Rangsang
(1613-1645) yang terkenal dengan nama Sultan Agung. Sultan Agung wafat pada
tahun 1645.
5. Kerajaan Gowa – Tallo
Islam masuk ke
kerajaan Gowa-Tallo pada tahun 1605. Dengan raja pertama Kerajaan Tallo adalah
Karaeng Mattoaya yang bergelar Sultan Abdullah. Raja Gowa yaitu Daeng Manrabia
bergelar Sultan Alaudin.
6. Kerajaan Ternate – Tidore
Kerajaan Ternate dan
Tidore terletak di kepulauan Maluku. Keadaan Maluku yang subur dan diliputi
oleh hutan rimba, maka daerah Maluku terkenal sebagai penghasil rempah seperti
cengkeh dan pala.
7. Kerajaan Aceh
Masa kerajaan Aceh
dicapai dalam masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Ia kemudian
digantikan oleh menantunya, Iskandar Tani. Namun ketika Iskandar Tani wafat
tahun 1641, kekuasaan Aceh menjadi menurun. Hal ini terjadi karena perselisihan
di kalangan sendiri dan juga karena Belanda berhasil merebut Malaka dari tangan
Portugis tahun 1941.
8. Kerajaan Malaka
Malaka sebelumnya
adalah kota kecil. Namun di bawah pemerintahan Sultan Mudzafar Syah (1445-1458)
Malaka menjadi pusat perdagangan antara timur dan barat. Malaka mencapai puncak
kebesarannya di bawah Sultan Mansyur Syah (1458-1477) dan dilanjutkan oleh
Sultan Alaudin Syah (1477-1488). Malaka mengalami kemunduran ketika pemerintah
Sultan Mahmud Syah (1488-1511). Kejayaan Malaka berakhir ketika
orang-orang Portugis berhasil mengalahkan Malaka pada tahun15
3.)
Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan
Kebudayaan Islam
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah
memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan
masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses
bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling
mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam
Indonesia.
Masuknya
Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya
sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat
kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
1. Seni Bangunan
Wujud
akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam,
istana.
Gambar
1.1. Masjid
Aceh merupakan salah
satu masjid kuno di Indonesia.
Masjid
adalah tempat ibadahnya orang Islam. Di Indonesia, istilah masjid biasanya
menunjuk pada tempat untuk menyelenggarakan shalat jumat.
Masjid
di Indonesia pada zaman madya biasanya mempunyai cirri khas tersendiri,
diantaranya :
1.
Atapnya
berbentuk “atap tumpang” yaitu atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu selalu
ganjil, 3 atau 5 seperti di Jawa dan Bali pada masa Hindu.
2.
Tidak
adanya menara. Pada masa itu masjid yang mempunyai menara hanya masjid Banten
dan masjid Kudus.
3.
Biasanya
masjid dibuat dekat istana, berada di sebelah utara atau selatan. Biasanya
didirikan di tepi barat alun-alun. Letak masjid ini melambangkan bersatunya
rakyat dan raja sesama makhluk Allah. Selain di alun-alun, masjid juga dibangun
di tempat-tempat keramat, yaitu makam wali, raja atau ahli agama.
Bentuk
perkembangannya sesuai dengan perkembangan zaman. Sekarang kebanyakan masjid
atasnya berbentuk kubah dan ada menara, ini merupakan pengaruh dari Timur
tengah dan India.
2. Seni Rupa
Tradisi
Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang
menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula
Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian,
misalnya ragam hias pada gambar 1.3. ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk
kera yang distilir.
gambar 1.3. Kera yang disamarkan
3. Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya
agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan,
yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab
Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang
dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a,
i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang
menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun
ukiran.
Sedangkan
dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra
yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang
banyak mendapat pengaruh Persia.
Dengan
demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari
tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab
Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang
pada jaman Hindu.
Bentuk
seni sastra yang berkembang adalah:
a.
Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh
sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat
ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang
terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima
(Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
b.
Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa
sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c.
Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk
Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d.
Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk
kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk
seni sastra tersebut di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.
Kedatangan
Islam ke Indonesia membawa pengaruh cukup besar bagi kebudayaan Indonesia.
Tetapi bukan berarti menghapus semua yang ada sebelumnya. Misalnya, kesenian
wayang yang telah ada sebelum kedatangan Islam. Bahkan wayang ini digunakan
para wali untuk menyebarkan agama Islam.
4. Sistem Pemerintahan
Dalam
pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang
bercorak Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah Islam masuk, maka
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan
digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti
Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.
Sistem
pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti
halnya
para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan
dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
5. Sistem Kalender
Sebelum
budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal Kalender
Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini ditemukan
nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Setelah
berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan
menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah
(Islam).
Nama-nama
bulan yang digunakan adalah 12, sama dengan penanggalan Hijriyah (versi Islam).
Demikian pula, nama-nama bulan mengacu pada bahasa bulan Arab yaitu Sura
(Muharram), Sapar (Safar), Mulud (Rabi’ul Awal), Bakda Mulud (Rabi’ul Akhir),
Jumadilawal (Jumadil Awal), Jumadilakir (Jumadil Akhir), Rejeb (Rajab), Ruwah
(Sya’ban), Pasa (Ramadhan), Sawal (Syawal), Sela (Dzulqaidah), dan Besar
(Dzulhijjah). Namun, penanggalan hariannya tetap mengikuti penanggalan Saka
karena penanggalan harian Saka saat itu paling banyak digunakan penduduk
Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya
1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
Gambar 1.4. Kalender
Jawa
4. Nilai-Nilai Kebudayaan Islam
Bentuk
kebudayaan yang sangat penting dan perlu memperoleh perhatian besar dalam
kehidupan social terutama dalam kehidupan masyarakat akademisi maupun
masyarakat intelektual yamg mendorong lahirnya pemikiran-pemikiran intelektual
muslim adalah :
1. Berorientasi
pada pengabdian dan kebenaran ilahi
Sebagaiman
tujuan penciptaan manusia yakni untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah,
karena itu seluruh aktivitas manusia dalam kehidupan harus berorientasi pada
pengabdian pada Allah. dimana untuk menciptakan pengabdian tersebut manusia
harus bertolak pada kebenaran yang ditunjukkan oleh Allah. seperti dalam
firman-Nya pada Q.S.Al Baqarah :147 yang artinya “kebenaran itu adalah dari
Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-sekali termasuk orang-orang yang ragu”
2. Berpikir
kritis dan inovatif
Berpikir
kritis adalah berpikir secara obyektif dan analitis, sedangkan berpikir
inovatif adalah berpikir kedepan untuk menemukan pemikiran-pemikiran baru.
pemikiran seperti inilah yang mengantarkan kemajuan intelektual Islam pada masa
keemasannyadalam berbagai disiplin ilmu.
3. Bekerja
keras
Manusia
adalah makhlik social yang dianugerahi potensi besar dalam bentuk akal budi,
dan seluruh aktivitas kehidupan manusia dinilai oleh Allah. Anugerah tersebut
harus difungsikan secara optimal/ karena itu, dalam Q.S.Al-Qashah : 77, Allah
memerintahkan manusia berusaha meraih kebahagiaan hidup dunia dan akhirat, da n
dalam Q.S. Y usif :87 Allah melaranh berputus asaakan rahmat yang telah Allah
anugerahkan karena putus asa adalah sifat orang kafir.
4. Bersikap
terbuka
Sikap
terbuka berarti mau menerima masukan dan kebenaran yang datangdari orang lain
karena itu Rasulullah SAW memerintahkan vuntuk memerhatikan substnsi perkataan
orang dan bukan siapa yang
mengatakannya. diman kemajuan akan lebih
mudah dicapai dengan sikap terbuka serta memanfaatkan pemikiran dan kemajuan
yang dicapai orang lain, sepanjang tetap sejalan dengan nilai-nilai kebenaran
yang ditetapkan Allah swt.
5. Jujur
Kehidupan
intelektual mutlak diperlukan baik dalam bentuk pengakuan terhadap kebenaran
pemikiran orang lain maupun dalam bentuk pengakuan akan keberadaan diri
pribadi. kejujuran akan membimbing manusia dalam proses penemuan kebenaran dan
mengemukakan kebenaran secara obyektif. Kejujuran menghindarkan timbulnya kesalahan-kesalahan
yang merugikan. oleh karena itu, Rasulullah SAW mengingatkan, kebohongan
merupakan pangkal terjadinya dosa.
6. Adil
Adil
adalah menempatkan sesuatu pada empatnya dimana adil menunjukkan sikap
proporsional dam mengambil keputusan dalam berbagai persoalan yang berkaitan dengan banyak pihak yang berkepentingan. sebagaimana
firman Allah dalam Q.S.An-Nahl : 90, Allah swt memerintahkan berlaku adil,
berbuat kebajikan, member kepada kaum kerabat, melarang berbuat keji,
kemungkaran dan permusuhan.
7. Tanggung
jawab
Tanggung
jawab berarti kesediaan menanggung segala resiko atau konsekuensi dari setiap
perbuatan yang dilakukan, setiap perbuatan memiliki konsekuensi baik atau buruk
bergantung pada substansiperbuatannya. sebagaimanafirman Allah dalam Q.S.Al-aqarah
:286, Allah mengingatkan bahwa setiap manusia akan mendapat pahala sebagai
balasan (dari kebajikan) yang dilakukannya
dan mendapa siksa sebagai balasan (dari kejahatan) yang dilakukannya.
8. Ikhlas
Iklhas
berarti murni, bersih dari segala unsure yang mengotori atau mencemari nilai
niat seseorang untuk berbuat sebagai wujud pengabdian dalam ketaatan pada Allah. sebagaimana Firman Allah dalam
Q.S.Al-Bayyinah:5 “ dan mereka tidakdisuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatn kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus…”
5. Mesjid Sebagai Pusat Kebudayaan Islam
Sejak
awal berdirinya mesjid di zaman nabi berfungsi sebagai pusat peradaban. Sekolah-sekolah dan universitas-universitas
pun bermunculan justru dari mesjid, salah satu contohnya mesjid Al-Azhar di
mesir. Di Indonesia disekitar tahun tujuh puluhan muncul kelompok yang sadar
untuk mengembangkan fungsi mesjid sebagaimana mestinya, terutama di kalangan
kaum intelektual muda. Dimulai dengan pesantren kilat pada awal tahun 1978,
pengentasan buta huruf Al-Qur’an tahun 1990-an.
Fungsi
dan peranan masjid dari waktu ke waktu terus meluas seiring dengan laju
pertumbuhan umat Islam baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif dan
peningkatan jumlah intelektual muslim yang sadar dan peduli terhadap
peningkatan kualitas umat Islam. Kondisi inilahyang mendorong terjadinya
perluasan fungsi mesjid.
Konsepsi
tetntang mesjid sejak zaman Rasulullah hingga sekarang tidak akan pernah
berubah. Paradigma yang digunakan adalah
Al-Qur’an sehingga kita akan berfikir tentang konsep tujuan dan perlakuan
terhadap masjid itu memiliki kesamaan. Dalam syari’at Islam, masjid memiliki
dua fungsi utama yaitu :
1. Sebagai
pusat ibadah ritual
2. Sebagai
pusat ibadah social
Dan titik sentralnya bahwa fungsi utama mesjid
adalah sebagai pusat pembinaan umat Islam.
Banyak teori yang
menyatakan tentang masuknya Agama Islam ke Indonesia, teori-teori tersebut
dibuat berdasarkan masing-masing bukti tentang awal mula masuknya islam ke
Indonesia.
Masuknya Islam
berpengaruh besar pada kebudayaan yang ada di Indonesia. Sebelumnya, kebudayaan
di Indonesia adalah kebudayaan yang bercorak Hindu-Budha. Namun setelah
masuknya Islam, berdirilah kerajaan-kerajaan islam yang menjadikan kebudayaan
Islam tersebut mengalami akulturasi dengan kebudayaan yang ada di Indonesia.
Kebudayaan tersebut terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
3.. Masyarakat
Modern
Masyarakat modern
terdiri dari dua kata, yaitu masyarakat dan modern. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, masyarakat diartikan sebagai pergaulan hidup manusia (himpunanorang
yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan tertentu).
1. Sedangkan modern
diartikan yang terbaru, secara terbaru, mutakhir.
2. Jadi secara
harfiah masyarakat modern berarti suatu himpunan orang yang hidup bersama di
suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentuyang bersifat mutakhir.
Deliar Noer
menyebutkan ciri-ciri masyarakat modern sebagai berikut:
a. Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan
pendapat akal pikiran,daripada pendapatemosi. Sebelum melakukan pekerjaan
selalu dipertimbangkan lebih dahulu untungdan ruginya secara logika.
b. Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh,
tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat tetapi selalu dilihat
dampak sosialnya secara lebih jauh.
c. Menghargai waktu, yaitu selalu melihat bahwa
waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan perlu dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya
d. Bersikap terbuka, yakni mau menerima saran,
masukan, baik berupa kritik, gagasandan perbaikan dari manapun datangnya.
e. Berpikir obyektif, yakni melihat segala
sesuatu dari fungsi dan kegunaan bagi masyarakat
1. Ciri-ciri masyarakat modern :
a.
Menerima hal-hal
baru.
b.
Menyatakan pendapat
baik tentang lingkungannya sendiri maupun luar.
c.
Masyarakatnya
heterogen
d.
System pelapisan
sosialnya terbuka
e.
Mobilitas sosialnya
tinggi
f.
Melakukan tindakan
secara rasional.
g.
Tidak terikat pada
tradisi/adat..
h.
Menghargai waktu.
i.
Memiliki perencanaan
dan pengorganisasian.
j.
Percaya diri
k.
Perhitungan
l.
Menghargai harkat
hidup orang lain
m. Lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
n.
Menjunjung tinggi
suatu sikap dimana imbalan sesuai dengan prestasi yang diberikan
Bagi negara-negara sedang berkembang seperti halnya
Indonesia. Pada umumnya masyarakat modern ini disebut juga masyarakat perkotaan
atau masyarakat kota.
Masalah-masalah
sosial yang dihadapi oleh setiap masyarakat manusia tidaklah sama antara yang
satu dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan
tingkat perkembangan kebudayaan dan masyarakatnya, dan keadaaan lingkungan
alamnya dimana masyarakat itu hidup. Masalah-masalah tersebut dapat terwujud
sebagai : masalah sosial, masalah moral, masalah politik, masalah ekonomi,
masalah agama, ataupun masalah-masalah lainnya. Yang membedakan masalah-masalah
sosial dari masalah-masalah lainya adalah bahwa masalah-masalah sosial selalu
ada kaitannya yang dekat dengan nilai-nilai moral dan pranata-pranata sosial,
serta ada selalu kaitannya dengan hubungan-hubungan manusia dan dengan
konteks-konteks normative dimana hubungan-hubungan manusia itu terwujud.
Pada dasarnya semua
bangsa dan masyarakat di dunia ini senantiasa terlibat dalam proses modernisasi,
meskipun kecepatan dan arah perubahannya berbeda-beda natar masyarakat satu
dengan masyarakat yang lainnya. Proses modernisasi itu sangat luas,
hamper-hampir tidak bisa dibatasi ruang lingkup dan masalahnya, mulai dari
aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, dan seterusnya. Secara historis,
modernisasi merupakan perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan
yang tradisioanal atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu
masyarakat yang modern. Proses perubahan itu didorong oleh berbagai usaha
masyarakat dalam memperjuangkan harapan dan cita-citanya., yaitu perubahan
kehidupan dan penghidupan yang ada menjadi lebih baik. Karakteristik yang umum dari
modernisasi adalah menyangkut bidang-bidang tradisi sosial kemasyarakatan, ilmu
penegtahuan dan teknologi, kependudukan dan mobilitas sosial. Berbagai bidang
tersebut berproses sehingga mencapai pola-pola perikelakuan baru yang berwujud
pada kehidupan masyarakat modern. Sayangnya, penggunaaan istilah modernisasi
banyak disalahtafsirkan sehingga sisi moral sebagai pengendali terkadang
tertinggal jauh. Tidak sedikit orang menganggap modernisasi semata-mata sebagai
sesuatu kebebasan yang bersifat keduniaan. Tidak mengherangkan pula kalau
banyak anggota masyarakat yang menjadi keliru dalam berkiprah terhadap konsep
modernisasi, lantaran kemajenukan dari bidang-bidang kehidupan yang menjadi
ruang lingkupnya. Ada yang menganggap modernisasi sebagai suatu lambang
kebebasan, lain lagi menganggap sebagai peniruan cara berat (westernisasi),
bahkan ada sebagian lagi menganggap modernisasi sama dengan sekulerisme.
Kebebasan diartikan sebagai keleluasaan bergaul dengan meninggalkan norma
kesopanan dan norma kesusilaan; weternisasi dapat mengakibatkan menurunnya
nilai produksi dalam negeri sendiri dan melunturkan kecintaan terhadap tanah
air. Sementara sekularisasi dapat mengakibatkan rusaknya mental dan lunturnya
kesucian nilai-nilai keagamaan (Abdulsyani, 2002).
2.,
Dampak Modernisasi dan Globalisasi Indonesia
Dampak Modernisasi
dan Globalisasi terhadap Perubahan Sosial dan
Budaya
1. Dampak Positif
Dampak positif
modernisasi dan globalisasi tersebut sebagai berikut.
a. Perubahan Tata
Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya
menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi
rasional.
b. Berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir
lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan
yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat
komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi
penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
2. Dampak Negatif
Dampak negatif
modernisasi dan globalisasi adalah sebagai berikut.
a. Pola Hidup
Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan
barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik
untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
b. Sikap
Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju
membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya.
Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c. Gaya Hidup
Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di
Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak
lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada
beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka
akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang
stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
C.Respons Masyarakat
terhadap Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial
budaya yang terjadi dalam masyarakat, ada masyarakat yang dapat menerima dan
ada yang tidak dapat menerima. Masyarakat yang tidak dapat menerima perubahan
biasanya masih memiliki pola pikir yang tradisional. Pola pikir masyarakat yang
tradisional mengandung unsur-unsur dibawah ini:
1. bersifat
sederhana,
2. memiliki daya guna
dan produktivitas rendah,
3. bersifat tetap
atau monoton,
4. memiliki sifat
irasional, yaitu tidak didasarkan pada pikiran tertentu. Sedangkan perilaku
masyarakat yang tidak bisa menerima perubahan sosial budaya, di antaranya
sebagai berikut.
1. Perilaku
masyarakat yang bersifat tertutup atau kurang membuka diri untuk berhubungan
dengan masyarakat lain;
2. Masih memegang
teguh tradisi yang sudah ada;
3. Takut akan terjadi
kegoyahan dalam susunan/struktur masyarakat, jika terjadi integrasi kebudayaan;
4. Berpegang pada
ideologinya dan beranggapan sesuatu yang baru bertentangan dengan idielogi
masyarakat yang sudah ada.
Masyarakat
tradisional cenderung sulit menerima budaya asing yang masuk ke lingkungannya,
namun ada juga yang mudah menerima budaya asing dalam kehidupannya. Hal ini
disebabkan unsur budaya asing tersebut membawa kemudahan bagi kehidupannya.
Pada umumnya, unsur budaya yang membawa perubahan sosial budaya dan mudah
diterima masyarakat adalah, jika:
1. unsur kebudayaan
tersebut membawa manfaat yang besar,
2. peralatan yang
mudah dipakai dan memiliki manfaat,
3. unsur kebudayaan
yang mudah menyesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur tersebut.
Unsur budaya yang
tidak dapat diterima oleh masyarakat adalah:
1. unsur kebudayaan
yang menyangkut sistem kepercayaan,
2. unsur kebudayaan
yang dipelajari taraf pertama proses sosialisasi.
Sebaliknya,
masyarakat modern yang memiliki pola pikir yang berbeda. Unsur yang terkandung
dalam pola pikir masyarakat modern adalah:
1. bersifat dinamis
atau selalu berubah mengikuti perkembangan zaman,
2. berdasarkan akal
pikiran manusia dan senantiasa mengembangkan efisiensi dan efektivitas, serta
3. tidak mengandalkan
atau mengutamakan kebiasaan atau tradisi masyarakat.
Modernisasi adalah
suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih maju atau
meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Secara sederhana, dapat
dikatakan bahwa modernisasi adalah proses perubahan dari cara-cara tradisional
ke cara-cara baru yang lebih maju dalam rangka untuk peningkatan kualitas hidup
masyarakat. Sebagai suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi biasanya
merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan terencana. Perencanaan
sosial (social planning) dewasa ini menjadi ciri umum bagi masyarakat atau
negara yang sedang mengalami perkembangan. Suatu perencanaan sosial haruslah
didasarkan pada pengertian yang mendalam tentang bagaimana suatu kebudayaan
dapat berkembang dari taraf yang lebih rendah ke taraf yang lebih maju atau
modern. Di Indonesia, bentuk-bentuk modernisasi banyak kita jumpai di berbagai
aspek kehidupan masyarakatnya, baik dari segi pertanian, industri, perdagangan,
maupun sosial budayanya. Salah satu bentuk modernisasi di bidang pertanian
adalah dengan adanya teknik-teknik pengolahan lahan yang baru dengan
menggunakan mesin-mesin, pupuk dan obat-obatan, irigasi teknis,
varietas-varietas unggulan baru, pemanenan serta penanganannya, dan sebagainya.
Semua itu merupakan hasil dari adanya modernisasi. Pada gambar berikut terlihat
adanya kemajuan atau modernisasi dalam hal pemanenan hasil pertanian. Pada
gambar (a) terlihat bahwa pengolahan hasil panen masih dilakukan secara manual;
pada gambar (b) terlihat bahwa petani setempat mulai menggunakan teknologi
sederhana dalam pengolahan hasil panennya; dan pada gambar (c) terlihat bahwa
proses pemanenan dan pengolahan hasil panen dilakukan dengan menggunakan alat
pertanian yang canggih sehingga proses pemanenan dan pengolahannya dapat
dilakukan sekaligus.Berbagai bidang tersebut dapat berkembang melalui
serangkaian proses yang panjang sehingga mencapai pola-pola perilaku baru yang
berwujud pada kehidupan masyarakat modern. Sayangnya, penggunaan istilah
modernisasi banyak disalahartikan sehingga sisi moralnya terlupakan. Banyak
orang yang menganggap modernisasi hanya sebatas pada suatu kebebasan yang
bersifat keduniawian. Tidak mengherankan juga bila banyak anggota masyarakat
yang salah melangkah dalam menyikapi atau memahami tentang konsep modernisasi.
Untuk menghindari
kesimpangsiuran pengertian dan kesalahan pemahaman tentang modernisasi, maka
secara garis besar istilah modern dapat diartikan berikut ini.
1. Modern berarti
kemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya taraf penghidupan
masyarakat secara menyeluruh dan merata.
2. Modern berarti
berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup. Agar
modernisasi (sebagai suatu proses) tidak mengarah ke angan-angan belaka, maka
modernisasi harus mampu memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam masyarakat
sekarang ke arah waktu-waktu yang akan datang.
Proses modernisasi
tidak serta merta terjadi dengan sendirinya. Modernisasi dapat terjadi apabila
ada syarat-syarat berikut ini.
1. Cara berpikir yang
ilmiah yang melembaga dalam kelas penguasa maupun masyarakat.
2. Sistem
administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
3.Adanya sistem
pengumpulan data yang baik dan teratur.
4. Penciptaan iklim
yang menyenangkan dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan
alat-alat komunikasi massa.
5. Tingkat organisasi
yang tinggi, terutama disiplin diri.
6. Sentralisasi
wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
Hal yang harus kalian
pahami adalah bahwa modernisasi berbeda dengan westernisasi. Jika modernisasi
adalah suatu bentuk proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara
yang lebih maju; westernisasi adalah proses peniruan oleh suatu masyarakat atau
negara terhadap kebudayaan dari negara-negara Barat yang dianggap lebih baik
dari budaya daerahnya. Berdasarkan hal tersebut, pengertian modernisasi lebih
baik daripada westernisasi. Akan tetapi, bersamaan dengan proses modernisasi
biasanya juga terjadi proses westernisasi, karena perkembangan masyarakat
modern itu pada umumnya terjadi di dalam kebudayaan Barat yang tersaji dalam
kemasan Barat pula.
“Ilmu Budaya Dasar”
adalah suatu pengetahuan yang menelaah berbagai masalah kemanusiaan dan budaya,
dengan menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari dan telah
dikembangkan oleh berbagai bidang pengetahuan keahlian yang tergolong alam
pengetahuan budaya.
Perubahan sosial
budaya yang terjadi dalam masyarakat, ada masyarakat yang dapat menerima dan
ada yang tidak dapat menerima. Masyarakat yang tidak dapat menerima perubahan
biasanya masih memiliki pola pikir yang tradisional.
Masyarakat
tradisional cenderung sulit menerima budaya asing yang masuk ke lingkungannya,
namun ada juga yang mudah menerima budaya asing dalam kehidupannya. Hal ini disebabkan
unsur budaya asing tersebut membawa kemudahan bagi kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali
Mukti, Agama-Agama di Dunia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga
Press, 1988), h. 94.
Hadiwijono
Dr. Harun, Agama Hindu dan Buddha (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,
1987), h. 83
Mukti
Krishnanda wijaya, Wacana Buddha Dharma. Jakarta: Sangha Agung Indonesia. 2006
Widyadharma
Maha Pandita S., Agama Buddha dan Perkembangnnya di Indonesia(Jakarta:
PC.MAPANBUDHI TANGERANG, 1982), h. 7-8.
Widyadharma
Maha Pandita S., Agama Buddha dan Perkembangnnya di Indonesia,h. 8
www.google.com, Agama Hindu-Buddha di Indonesia.
www.google.com, persamaandanperbedaan hindu india, bali dan
jawa.
Mukti
Ali, Agama-Agama di Dunia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga
Press, 1988), h. 94.
Dr.
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha (Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia, 1987), h. 83
Maha
Pandita S. Widyadharma, Agama Buddha dan Perkembangnnya di
Indonesia (Jakarta: PC.
MAPANBUDHI
TANGERANG, 1982), h. 7-8.
Maha
Pandita S. Widyadharma, Agama Buddha dan Perkembangnnya di
Indonesia, h. 8
Al-Qur’anul
Karim
Al-Kutb, Syahib. (____). Warisan Peradaban
Islam.__ : __
Bahirulalami.
(2010). Peradaban, diakses pada tanggal 30 oktober 2012,http://bahirulamali.student.umm.ac.id/2010/02/04/peradaban/
Drs. Sukadi. 2002. IPS Sejarah untuk SLTP kelas 1.
Jakarta : Ganeca Exact
Hartini, Dwi. 2007.Masuknya Pengaruh Islam di
Indonesia. Pdf. Adobe Reader.
Samlawi, Fakih. 1989. Konsep Dasar IPS. Jakarta
: Depdikbud.
Abdulsyani. 2002. Sosiologi : Skematika, Teori, dan Terapan.
Hal. 173. Penerbit Bumi Aksara: Jakarta
Ahmadi, H. Abu. 2003.
Ilmu Sosial Dasar. Hal. 12. Penerbit
Rineka Cipta: Jakarta.
Auliyah, Dicha. 2014.
Perilaku Masyarakat dalam Perubahan
Sosial Budaya di Era Globalisasi.