Erick Edward. S

KNOWLEDGE is POWER


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penyusun berhasil menyelesaikan Proposal Tugas Akhir yang berjudul “Analisa Kinerja Sistem Jaringan Distribusi PDAM Magelang”. Proposal ini merupkan persyaratan untuk mengajukan penelitian Tugas Akhir, dimana Tugas Akhir merupakan kurikulum program studi teknik sipil untuk mencapai drajad s-1.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu menyelesaikan proposal ini baik secara material maupun Spritual dan yang memberikan motivasi sehingga penyusunan proposal ini dapat berjalan dengan baik.
Akhir kata, penyusun menyadari bahwa dalam proposal ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran sangat saya harapkan. Sekian dan terima kasih


Yogyakarta .............Januari 2015


Penyusun                    





1.      PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, tanpa air tidak akan ada kehidupan di bumi. Karena pentingnya kebutuhan akan air bersih, maka adalah hal yang wajar jika sektor air bersih mendapatkan prioritas penanganan utama karena menyangkut kehidupan orang banyak. Di daerah perkotaan, sistem penyediaan air bersih dilakukan dengan sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sistem non perpipaan dikelola oleh masyarakat baik secara individu maupun kelompok.
 Masyarakat sering mengeluh air yang disalurkan PDAM sering macet, keruh. Masyarakat di beberapa wilayah pelayanan akhirnya hanya menggunakan air PAM untuk mandi dan mencuci. Sedangkan untuk minum dan memasak mereka mengeluarkan uang ekstra untuk membeli AMDK (Air Minum Dalam Kemasan). PDAM kota Magelang mempunyai masalah yang sama yaitu tingkat pelayanan (coverage level) yang rendah dan tingkat kehilangan air (uncounted water) yang tinggi. Tingkat kebocoran Perusahaan Air Minum di Indonesia rata-rata diatas 30%.
Disamping permasalahan-permasalahan yang timbul dalam sistem penyediaan air minum, PDAM juga menghadapi tantangan untuk meningkatkan kinerja sistem dalam rangka mengatasi peningkatan konsumsi air masyarakat. Konsumsi air akan selalu mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan populasi.

1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian
            Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kinerja sistem distribusi air minum yang telah dilakukan oleh PDAM Magelang dalam memenuhi kebutuhan air minum di Kota Magelang.
  
            Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.  Menganalisa kualitas dan kuantitas air bersih yang dihasilkan oleh PDAM Magelang dibandingkan dengan besarnya kebutuhan air bersih masyarakat di lingkungan Kota Magelang.
2.   Menganalisa faktor-faktor persyaratan yang harus terpenuhi agar suatu sistem distribusi air bersih dapat berjalan, yang meliputi kapasitas tampungan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, debit aliran, kecepatan aliran,dan tekanan.

1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang serta maksud dan tujuan dari penelitian ini, maka timbul
permasalahan yang menarik untuk diteliti yaitu:
1.   Apakah pelayanan yang diberikan oleh PDAM Magelang memberikan pelayanan yang optimal dalam memenuhi kebutuhan air bersih warga kota Magelang?
2.   Apakah kinerja sistem jaringan distribusi dan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem distribusi air bersih oleh  PDAM Magelang saat ini  dapat berjalan secara optimal?

1.4. Batasan Masalah

1.   Penelitian terbatas pada sistem jaringan distribusi air bersih di kota Magelang yang dikelola oleh PDAM Magelang
2.   Besarnya jumlah air yang tercatat pada meter air pelanggan, diasumsikan merupakan kemampuan layanan sistem distribusi air bersih oleh PDAM terhadap masyarakat kota Magelang
3.  Kualitas air bersih pada penelitian ini dibatasi pada bau, rasa, dan warna dari air bersih yang didistribusikan ke pelanggan
4.   Kuantitas air bersih yang dimaksud yaitu terpenuhinya kebutuhan setiap pelanggan, yang dalam penelitian ini adalah warga kota Magelang
5.   Kontinuitas aliran air bersih yang dimaksud adalah tercukupinya pasokan air bersih sesuai dengan kebutuhan pelanggan, dan mengalir secara kontinyu selama 24 jam setiap hari.

II.  TINJAUAN PUSTAKA

Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Sistem infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan ekonomi masyarakat (Grigg, 2000 dalam Kodoatie, 2003,Bab I hal 9).
Secara lebih spesifik oleh American Public Works Association (Stone, 1974 dalam Kodoatie, 2003, Bab VII hal. 187) infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan oleh agen-agen publik untuk fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan seimbang untuk memfasilitasi tujuan ekonomi dan sosial.
Infrastruktur perkotaan dapat menjadi faktor penentu kebijakan perkembangan lahan atau suatu kawasan. Sistem jaringan air bersih merupakan salah satu dari infrastruktur perkotaan yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk suatu kota. Sehingga dapat dilihat bahwa pemenuhan kebutuhan air bersih memegang peranan penting dalam perkembangan suatu kota. Apabila fasilitas infrastruktur telah terbangun secara benar, dan penyediaan pelayanan umum telah terjamin sesuai dengan rencana yang ditetapkan, maka pola perkembangan masyarakat dapat dikendalikan secara efektif.


III.  LANDASAN TREORI
III.1     Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih
III.1.1  Persyaratan Kualitas

Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku dan air bersih. Dalam Modul Gambaran Umum Penyediaan dan Pengolahan Air Minum Edisi Maret 2003 hal. 4-5 dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih meliputi:
1.      Persyaratan fisik
2.      Persyaratan kimiawi
3.      Persyaratan bakteriologis
4.      Persyaratan radioaktifitas
III.1.2  Persyaratan Kuantitas (Debit)
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani.

III.1.3  Persyaratan Kontinuitas
Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia.

III.1.4  Persyaratan Tekanan Air
Dalam pendistribusian air, untuk dapat menjangkau seluruh area pelayanan dan untuk memaksimalkan tingkat pelayanan maka hal wajib untuk diperhatikan adalah sisa tekanan air. Sisa tekanan air tersebut paling rendah adalah 5mka (meter kolom air) atau 0,5 atm (satu atm = 10 m), dan paling tinggi adalah 22mka (setara dengan gedung 6 lantai).

III.2     Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih
III.2.1  Sistem Distribusi Air Bersih
Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air bersih kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor yang didambakan oleh para pelanggan adalah ketersedian air setiap waktu. Suplai air melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem; yaitu
1.      Continuous system
2.      Intermitten system

III.2.2  Sistem Pengaliran Air Bersih
Untuk mendistribusikan air minum kepada konsumen dengan kuantitas, kualitas dan tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang baik, reservoir, pompa dan dan peralatan yang lain. Metode dari pendistribusian air tergantung pada kondisi topografi dari sumber air dan posisi para konsumen berada. Menurut Howard S Peavy et.al (1985, Bab 6 hal. 324-326) sistempengaliran yang dipakai adalah sebagai berikut;
a.       Cara Gravitasi
b.       Cara Pemompaan
c.       Cara Gabungan


III.3     Aplikasi Epanet 2.0 dalam Analisa Jaringan Distribusi Air Bersih
III.3.1  Umum
Epanet 2.0 adalah program komputer yang berbasis windows yang  merupakan program simulasi dari perkembangan waktu dari profil hidrolis dan perlakuan kualitas air bersih dalam suatu jaringan pipa distribusi, yang didalamnya terdiri dari titik/node/junction pipa, pompa, valve (asesoris) dan reservoir baik ground reservoar maupun reservoir menara. Epanet 2.0 didesain sebagai alat untuk mengetahui perkembangan dan pergerakan air serta degradasi unsur kimia yang terkandung dalam air di pipa distribusi air bersih, yang dapat digunakan untuk analisa berbagai macam sistem distribusi, detail desain, model kalibrasi hidrolis. Analisa sisa khlor dan beberapaunsur lainnya.

III.3.2  Input data dalam Epanet 2.0
Data data yang dibutuhkan dalam Epanet 2.0 sangat penting sekali dalam
proses analisa, evaluasi dan simulasi jaringan air bersih berbasis epanet.
Input data yang dibutuhkan adalah:
1. Peta jaringan
2. Node/junction/titik dari komponen distribusi.
3. Elevasi
4. Panjang pipa distribusi
5. Diameter dalam pipa
6. Jenis pipa yang digunakan
7. Umur pipa
8. Jenis sumber (mata air, sumur bor, IPAM, dan lain lain)
9. Spesifikasi pompa (bila menggunakan pompa)
10. Bentuk dan ukuran reservoir.
11. Beban masing-masing node (besarnya tapping)
12. Faktor fluktuasi pemakaian air
13. Konsentrasi khlor di sumber
Output yang dihasilkan diantaranya adalah :
1. Hidrolik head masing - masing titik.
2. Tekanan dan kualitas air. (Epanet 2.0 Users Manual )

IV.  METODOLOGI PENELITIAN
IV.1     Pendahuluan
penelitian tentang analisa kinerja sistem jaringan distribusi pdam magelang bertujuan umtukMenganalisa kualitas dan kuantitas air bersih yang dihasilkan oleh PDAM Magelang,Menganalisa faktor-faktor persyaratan yang harus terpenuhi agar suatu sistem distribusi air bersih dapat berjalan, yang meliputi kapasitas tampungan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, debit aliran, kecepatan aliran,dan tekanan


IV.2     Kebutuhan Data
Ada dua jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu :
1.   Data Primer
Merupakan data yang secara langsung bersumber dari observasi lapangan, pengukuran secara langsung di lapangan.
2.   Data Sekuder
Merupakan data-data yang bersumber dari data-data yang telah dihimpun oleh instansi-instansi terkait, yang dalam hal ini adalah PDAM Magelang.

IV.3     Prosedur Penelitian
Kegiatan pelaksanaan penelitian tentang analisa kinerja jaringan dan tingkat kepuasan pelanggan pada sistem distribusi air bersih PDAM Kecamatan Banyumanik, dengan studi kasus Kelurahan Srondol Wetan, Perumnas Banyumanik adalah sebagai berikut :
1.      Melakukan pengecekan terhadap data-data yang telah diperoleh, yaitu data topografi, data jaringan, data inflow, data debit, data tekanan air, data kontinuitas aliran, data kualitas air, serta karakteristik pemakaian air.
2.      Melakukan simulasi pengoperasian jaringan air bersih menggunakan program EPANET 2.0 berdasarkan data yang telah diperoleh,yaitu kondisi konfigurasi jaringan dan topografi, dengan input data yang meliputi data fisik jaringan, interkoneksi jaringan, sumber-sumber air, serta aksesoris jaringan pipa. Input data terdiri dari :
a.       Tabel Pipa
Data yang dimasukkan meliputi nomor pipa, panjang pipa, diameter pipa, kekasaran dalam pipa, serta titik (node) pada ujung hulu dan hilir. Output yang dihasilkan meliputi kecepatan aliran dalam pipa
b.      Tabel Titik (node)
Node merupakan input data mengenai koneksi antar node dan parameter tiap node tersebut. Input data meliputi nomor node, elevasi node, kebutuhan (demand) pada node tersebut, serta koordinat lokasi node.
c.       Tabel Inflow
Merupakan data masukan mengenai sumber-sumber air yang memasok air ke jaringan. Sumber air dapat berupa reservoir ataupun tangki, serta termasuk di dalamnya adalah pompa. Input data yang diperlukan meliputi besarnya debit inflow ke jaringan.

d.      Tabel Liku – Karakteristik Pompa
Merupakan data hubungan antara tinggi (head) terhadap kapasitas aliran pompa. Liku karakteristik ini digunakan sebagai input dalam tabel inflow.
3.      Melakukan analisa kinerja pelayanan jaringan air bersih berdasarkan data primer maupun sekunder tentang debit air, tekanan, kontinuitas aliran, dan kualitas air sebagai parameter untuk mendapatkan hasil analisa kinerja pelayanan jaringan air bersih.


Daftar Pustaka

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/PER/IX/1990 Syarat – Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih
Kodoatie, Robert dkk, 2001, Pengelolaan Sumber Daya Air Dalam Otonomi Daerah, Yogyakarta, Penerbit Andi.




1.      PENGARUH PENAMBAHAN BENTONITE DAN SEMEN DALAM PROSES STABILISASI TANAH DASAR (SUBGRADE)


Pada bagian abstrak terdapat latar belakang, tujuan, metode pengerjaan, hasil serta kesimpulan yang jelas. Dilatarbelakangi karena sering terjadi kegagalan konstruksi jalan raya, salah satunya akibat buruknya kualitas tanah dasar (subgrade), sehingga diperlukan proses stabilisasi untuk memperbaiki kualitas tanah. Diharapkan dengan adanya tambahan bentonite pada campuran tanah dan semen, mampu memperbaiki karakteristik fisik dan mekanik tanah. Metode pengujian laboratorium berdasarkan SNI dan ASTM. Berdasarkan hasil analisis, penambahan bentonite tidak membantu menstabilkan tanah, karena daya serap bentonite hanya dapat digunakan sebagai bahan pengisi plastis dan kembang susutnya tinggi. Jadi bentonite hanya dapat digunakan sebagai bahan pengisi pada campuran tanah dan semen.

            Pada tahap perencanaan, pemilihan judul sudah sesuai dengan latar belakang. Latar belakang tertera pada bagian abstrak. Perumusan masalah dan penentuan batasan masalah tidak dijelaskan pada jurnal ini. Tujuan dari stabilisasi tanah yaitu untuk meningkatkan kemampuan daya dukung tanah dalam menahan serta meningkatkan stabilitas tanah. Manfaat diberikan bentonite pada tanah adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh bentonite dalam proses stabilisasi. Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pengambilan tanah asli (subgrade), kemudian pada tanah tersebut akan dilakukan serangkaian uji/test. Pengujian berat jenis untuk tanah asli, semen dan bentonite. Selanjutnya pengujian atterberg limit, pemadatan, CBR laboratorium, unqonfined dan swelling. Sistematika penulisan pada jurnal ini sudah sesuai, namun tidak dijelaskan mengenai jadwal rencana kegiatan yang berlangsung.

            Pada tahap pelaksaan, pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi. Pengolahn data tidak dijelaskan secara terperinci, Analisis data digambar melalui grafik dan dijelaskan, salah satunya penambahan semen 2% dapat menurunkan persentase swelling, tetapi setelah ditambah bentonite semakin naik. Artinya bahwa kadar semen dapat menurunkan potensi pengembangan tanah lempung, tetapi bentonite sebaliknya.


2.      STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH


            Pada bagian abstrak tidak terdapat latar belakang permasalahan yang jelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tanah lempung yang dicampurkan pada tanah pasir terhadap parameter kekuatan geser tanah. Tanah yang diuji berasal dari tanah pasir pantai Padang yang memiliki butiran seragam dan merupakan jenis tanah non kohesif yang mempunyai sifat antar butiran lepas. Untuk memperbaiki struktur tanah ini maka dilakukan pencampuran tanah lempung. Pengujian geser langsung dilakukan dengan dua cara, yang pertama kondisi basah, yaitu dengan pemadatan menggunakan proktor standar, yang keduia kondisi kering, yaitu dengan menggunakan derajat kerapatan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan parameter kuat geser tanah setelah tanah lempung dicampurkan pada tanah pasir. Untuk pengujian geser langsung, semakin padat suatu massa tanah maka semakin besar sudut gesernya, sebaliknya semakin lepas suatu massa tanah maka semakin kecil sudut geser yang dihasilkan. Semakin besar kadar lempung yang ditambahkan maka semakin meningkat kohesi tanah tersebut, dan sudut geser akan menjadi semakin menurun.

            Pada tahap perencanaan, pemilihan judul sudah sesuai dengan masalah yang ditinjau. Apabila suatu tanah yang terdapat di lapangan bersifat sangat lepas dan tidak padat, maka tanah tersebut perlu dilakukan perbaikan. Pada percobaan ini tanah pasir diperbaiki dengan mencampurkan tanah lempung pada tanah pasir untuk diteliti kuat geser tanahnya. Perumusan masalah dan penentuan batasan masalah tidak dijelaskan pada jurnal ini. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji pengaruh penambahan tanah lempung yang dicampurkan pada tanah pasir pantai terhadap kekuatan geser tanah. Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan tanah lempung yang dicampurkan pada tanah pasir pantai terhadap kekuatan geser tanah pasir sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif penggunaan tanah lempung sebagai bahan stabilisasi pada tanah pasir pantai dan dapat diaplikasikan pada kasus-kasus geoteknik di lapangan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengujian geser langsung pada kondisi tanah kering dan tanah basah. Sistematika penulisan pada jurnal ini sudah sesuai, namun tidak dijelaskan mengenai jadwal rencana kegiatan yang berlangsung.


            Pada tahap pelaksaan, pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi. Pengolahan data dilakukan menggunakan dua cara, yaitu AASTHO dan USCS. Analisis data digambar melalui grafik dan dijelaskan, salah satunya adalah semakin besar kadar lempung maka nilai sudut geser dalam semakin berkurang dan nilai kohesi semakin tinggi. Penafsiran analisis data dijelaskan secara terperinci, hingga dapat disimpulkan bahwa semakin padat massa tanah maka semakin besar sudut gesernya, dan sebaliknya semakin lepas massa tanah maka sudut geser semakin menurun.

3.      PENGARUH PROSES PEMBASAHAN DAN PENGERINGAN PADA TANAH EKSPANSIF YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN ECO CURE


            Pada bagian abstrak terdapat latar belakang, tujuan, metode pengerjaan, hasil serta kesimpulan yang jelas. Dilatarbelakangi karena beberapa kondisi jalan di daerah Indonesia masih berupa tanah asli yang didominasi oleh tanah lempung dengan plastisitas dan kembang-susut yang tinggi. Pada kondisi tanah tersebut, permukaan jalan sangat mudah berubah karena faktor air, sehingga di musim hujan banyak ruas-ruas jalan yang rusak berat dan tidak dapat dilewati kendaraan bermotor. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh siklus pembasahan dan pengeringan pada tanah ekspansif yang distabilisasi oleh kapur dan eco cure. Kekuatan tekan diuji dengan unconfined compression test dan daya dukung diuji dengan tes CBR laboratorium. Hasil pemakaian kapur dan eco cure menghasilkan perbaikan sifat-sifat fisik dan mekanik dari tanah asli. Namun dari hasil tersebut, diperlukan variasi penambahan kapur dengan persentase yang berbeda atau perlu dipertimbangkan juga pemakaian campuran semen-kapur apabila ditambahkan dengan eco cure.

            Pada tahap perencanaan, pemilihan judul sudah sesuai dengan latar belakang. Latar belakang tertera pada bagian abstrak. Perumusan masalah pada jurnal ini adalah bagaimana perubahan nilai CBR dan kuat tekan pada contoh tanah asli dan contoh tanah yang distabilisasi dengan kapur dan eco cure, serta bagaimana pengaruh proses pembasahan dan pengeringan terhadap kuat tekan, kuat geser dan perubahan volume contoh tanah asli dan contoh tanah yang distabilisasi dengan kapur dan eco cure. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi, yaitu penelitian dilakukan pada tanah asli jalan Bojonegoro - Padangan km 133 + 500 yang distabilisasi dengan kapur 8% dan eco cure 1%, serta pengujian kuat tekan menggunakan unconfined compression test dan nilai CBR diperoleh dari pengujian CBR laboratorium. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan nilai CBR dan kuat tekan pada contoh tanah asli dan contoh tanah yang distabilisasi dengan kapur dan eco cure, serta mempelajari perilaku pengaruh proses pembasahan dan pengeringan terhadap kuat tekan, kuat geser dan perubahan volume contoh tanah asli dan contoh tanah yang distabilisasi dengan kapur dan eco cure. Manfaat penelitian ini diharapkan bahwa penggunaan bahan stabilisasi kapur dan eco cure mampu mengatasi permasalahan yang terjadi pada pekerjaan jalan pada tanah asli dengan kondisi plastisitas dan kembang-susut yang tinggi saat musim hujan dan musim kemarau. Metode pengumpulan data tidak dijelaskan. Sistemtika penulisan sudah sesuai, namun jadwal rencana kegiatan tidak dijelaskan.

          Pada tahap pelaksaan, pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi. Pengolahan data dijelaskan secara terperinci. Ada beberapa bagian yang dianalisis, yaitu hasil pengujian sifat fisik tanah lempung campuran, hasil pengujian pemadatan standar terhadap tanah lempung campuran, perubahan nilai CBR akibat penambahan kapur dan eco cure, perubahan nilai swelling akibat penambahan kapur dan eco cure, dan hasil pengujian benda uji akibat siklus pembasahan dan pengeringan, Berdasarkan analisis yang didapati, dapat disimpulkan bahwa penambahan kapur 8% dan eco cure 1% menyebabkan perubahan kepadatan tanah akibat pemakaian berat volume kering yang meningkat, serta meningkatnya daya dukung tanah, yaitu kuat tekan, kuat geser dan nilai CBR.

  

4.      PENGARUH JARAK DAN PANJANG KOLOM DENGAN DIAMETER 5 cm PADA STABILITASI TANAH LEMPUNG EKSPANSIF MENGGUNAKAN METODE DSM BERPOLA TRIANGULAR TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH


Pada abstrak jurnal ini, penulis sudah cukup menjelaskan bagian-bagian yang sesuai dengan sistematika seharusnya pada penulisan abstrak. Penulis mengungkapkan tujuan penulisannya yaitu untuk memperbaiki tanah lempung ekspansif dengan menggunakan metode deep soil mixing berpola triangular dengan diameter kolom 5 cm untuk meningkatkan daya dukung.

Pada tahap perencanaan, penulis menjelaskan latar belakang yang sesuai dengan judul yang dipilih. Tujuan yang diungkapkan juga cukup dijawab pada bagian kesimpulan dengan penjelasan yang cukup detail. Begitu juga dengan metode yang dipakai, penulis menyajikannya dengan menggunakan diagram yang cukup mempermudah pembaca untuk memahami alurnya.

Pada tahap pelaksanaan, jurnal ini menjelaskannya dengan detail dari mulai klasifikasi, kriteria lempung ekspansif dan uji pembebanan. Penulis meyajikannya juga dengan menggunakan tabel dan grafik yang cukup jelas sehingga didapat kesimpulan bahwa semakin besar jarak antara kolom. semakin kecil daya dukung yang dihasilkan tetapi penurunan semakin besar. Semakin besar kedalaman kolom, maka daya dukung yang dihasilkan semakin besar tetapi penurunan semakin kecil.


5.      KAJIAN KERUNTUHAN INDUSTRI PADA SAAT PROSES KONTRUKSI


Pada bagian abstrak, penulis sudah cukup detil menjelaskan mengenai latar belakang masalah penulisan jurnal tersebut. Hanya saja penulis tidak mencantumkan tujuan dilakukannya penelitian tersebut. Hal yang melatarbelakangi penulis melakukan penelitian tersebut adalah keingintahuan penulis terhadap hal-hal yang mempengaruhi keruntuhan bangunan pada saat konstruksi. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh penulis, didapatkanlah hasil bahwa penyebab  keruntuhan bangunan adalah gaya angin yang ada pada saat konstruksi mengenai struktur yang belum rampung sehingga struktur mengalami ketidakstabilan.
Hasil dan Pembahasan Penulis membuat dua hipotesis yang memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya bangunan saat proses konstruksi. Hipotesis tersebut antara lain adalah beban berlebih yang menyebabkan kekuatan struktur mencapai kondisi batas sehingga menimbulkan fraktur/putus atau lendutan yang besar, atau ada beban aktual yang tidak diperhitungkan dalam perencanaan.

Berdasarkan analisis dan perhitungan ulang yang telah dilakukan ternyata tidak ada kesalahan perhitungan dalam hal kuantitas bahan. Artinya, bahan yang digunakan di lapangan sudah sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya. Hipotesis kedua diterima, penyebab runtuhnya bangunan adalah karena ada beban aktual yang tidak diperhitungkan atau terjadi salah perhitungan. Bangunan yang belum rampung proses pembangunannya itu mendapatkan beban angin berlebih sehingga struktur tidak dapat menahan beban angin dan terjadilah keruntuhan pada struktur tersebut.
Pada bagian kesimpulan, penulis kurang membahas lebih lanjut mengenai penyebab keruntuhan sehingga penjelasan yang ada lebih kepada penjelasan-penjelasan umum mengenai sifat baja. Penulis hanya menjelaskan bahwa penyebab keruntuhan adalah karena adanya beban angin yang besar pada saat pembangunan sedang berjalan.


Sumber :
http://adeprayogy.blogspot.com/2016/11/review-jurnal-teknik-sipil.html
http://abrahamfranklins.blogspot.com/2016/10/analisis-jurnal-teknik-sipil-abrahamf.html


Identifikasi Kerusakan dan Alternatif Perbaikan

Pada Konstruksi Struktur Beton Bertulang
(Studi Kasus Gedung Bangunan Pendopo Iman Mahligai Kab. Tanah Bumbu)



PENDAHULUAN

Suatu Konstruksi bangunan dikatakan berfungsi dengan baik jika bangunan tersebut mampu memberikan keamanan bagi setiap kegiatan yang dilakukan didalamnya. Jika konstruksi bangunan tersebut tidak bisa melakukan fungsinya dengan baik maka bangunan tersebut dapat dikatakan konstruksi tersebut tidak memiliki kinerja sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.

Gedung Pendopo Mahligai Iman Kabupaten Tanah Bumbu di Batulicin yang memiliki konstruksi 2 lantai dan didesain fungsinya sebagai kantor dan aula pertemuan pada perjalanannya dirasakan adanya gerakan pada saat penggunaan pertemuan dalam kondisi beban penuh. Kondisi bangunan saat ini masih dipergunakan sebagaimana biasanya. Mengingat bahwa konstruksi ini dipergunakan sebagai fasilitas umum maka sangatlah penting untuk melakukan suatu kajian ulang tentang kondisi struktur bangunan tersebut. Ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam kajian ini adalah melakukan identifikasi kerusakan-kerusakan yang terjadi pada Bangunan Pendopo Iman di Kabupaten Tanah Bumbu, Batulicin dan memberikan alternatif metode perbaikan konstruksi yang tepat untuk gedung Bangunan Pendopo Iman di Kabupaten Tanah Bumbu, Batulicin


KAJIAN TEORITIS

1 . Kerusakan yang terjadi pada Beton
Berdasarkan berbagai kerusakan struktur maka penyebab kerusakan struktur terbagi atas Overload (Kelebihan Beban), Gaya Geser yang Berlebih , Pergerakan Tanah, Korosi dan kesalahan perencanaan. Ciri Struktur beton yang didesain dengan konsep underreinforced adalah terjadinya retak yang terus menerus bertambah dan memiliki pola tertentu yang dapat dijadikan dasar untuk mengidentifikasikan penyebab terjadinya retak. Identifikasi juga dapat dilakukan dengan melihat prilaku struktur yang terjadi. Deformasi pada struktur juga menjadi acuan penyebab terjadinya kerusakan pada struktur.

2. Deformasi
Deformasi atau perubahan bentuk dapat terjadi pada struktur. UBC, ACI dan SNI telah menetapkan batasan – batasan deformasi struktur baik pada balok maupun pada kolom (story drift), Defleksi terjadi pada perletakan, pondasi, kolom, slab dan dinding yang secara visual terlihat sebagai lengkungan, lenturan atau perubahan bentuk. Defleksi terjadi karena overload, pengaruh korosi, ketidakcukupan pada konstruksi awal, beban gempa dan susut. Defleksi, dengan pembentukan tegangan internal di dalam beton, menyebabkan spalling pada permukaan beton. Biasanya defleksi dihindari dengan membatasi lendutan yang diijinkan sampai 1/200 atau maksimum 1 inchi dari bentang sepanjang 9 m.

3. Korosi
Korosi adalah hasil dari penetrasi klorida yng masuk pada beton maupun pada tulangan akibat terbukanya atau retak yang terjadi pada beton bertulang. Korosi ini dapat menentukan waktu layan dan waktu kerusakan sebuah struktur.Tulangan yang ditempatkan terlalu dekat dengan permukaan beton atau yang terekspose karena spalling, erosi atau retak dapat mengalami korosi. Oksidasi pada baja karena adanya kelembaban yang memicu terjadinya karat. Lingkungan yang agresif seperti air laut akan semakin menambah memperparah kerusakan akibat korosi. Hilangnya permukaan lekat antara baja dan beton akibat korosi menyebabkan menurunnya kekuatan beton.

4.   Jenis-jenis   Material  Untuk

Perbaikan
Saat ini tersedia sejumlah besar pilihan material yang dapat digunakan untuk melakukan perbaikan pada struktur beton, diantaranya yang utama adalah:

a.        Material-material yang cementitious
Material ini berkisar dari mortar dan grout serta beton yang konvensional sampai kepada material dengan sifat-sifat yang diperbaiki sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan adrnixtures. Penggunaan admixtures antara lain dapat menghasilkan sifat-sifat kohesif, pencapaian kekuatan secara cepat, kelecakan yang lebih tinggi, daya tahan terhadap tercucinya semen dan pengurangan bleeding serta susut.

Material perbaikan yang termasuk dalam jenis ini antara lain adalah:
1.     Beton, mortar atau grout, beton terutama digunakan untuk penggantian total penampang atau untuk memperbaiki rongga-rongga yang dalam sampai melalui tulangan beton.Sedangkan mortar dapat digunakan untuk perbaikan rongga-rongga sampai sekecil 4 cm. Grout memiliki keuntungan karena bersifat encer dan dapat dipompa sampai kebagianyang tidak terlihat sekalipun, namun grout memiliki kandungan air yang tinggi dankonsekuensinya mengalami penyusutan lebih besar besar dibanding mortar atau beton.

2.   Beton, dan mortar yang dimodifikasi dengan menambahkan latex, merupakan material perbaikan yang sangat berguna untuk melapisi kembali permukaan lantai bangunan atau lantai jembatan yang rusak.Material seperti ini dikenal dengan sebutan beton latex (latex concrete) atau latex-modified concrete dan pada akhir-akhir ini sering dikenal sebagai polimer modified concrete. (Material ini harus dibedakan dari polymer concrete yang mengandung polimer yang tidak ditambahkan dalam bentuk latex..

3.    Beton, mortar atau grout yang dimodifikasi dengan menambahkan polimer, polimer ditambahkan sebagai matrik memiliki beberapa keuntungan bagi pekerjaan perbaikan, keuntungan-keuntungan ini meliputi: kekuatan yang tinggi pada umur dini, kemampuan untuk dicor pada temperature dibawah titik beku memiliki kekuatan lekat yang baik, durabilitas yang tinggi walaupun bila harus digunakan pada kondisi yang akan merusak beton biasa. Sebagai polimer biasanya digunakan epoxy, polyurethane, unsaturated polyester, methyl methacrylate dan lain-lain.

Beton, mortar atau grout yang harus memiliki sifat tertentu untuk suatu tipe perbaikan dapat dibuat menggunakan semen khusus misalnya semen dengan kandungan alumina yang tinggi akan me galami setting dalam 2 s.d 4 jam dan dapat mencapai kuat tekan sebesar 22 Mpa dalam 6 jam. Beton, mortar atau grout yang dibuat dengan bahan ini memiliki daya tahan terhadap perusakan asam, sulfat, alkali, air laut dan minyak. Semen Portland tipe III yang dipakai dengan accelerator akan menghasilkan bahan yang sesuai untuk pekerjaan perbaikan yang cepat. Selain itu semen magnesium phosphate baik untuk pekerjaan penambalan.

4.       Dry Pack, istilah ini biasanya digunakan untuk mortar dengan bahan dasar semen Portland dengan kandungan air yang cukup rendah
sehingga tidak mengalami slump.Sebenarnya setiap material yang dapat digunakan dengan konsistensi sedemikian rupa sehingga tidak mengalami slump (no-slump consistency) dapat disebut dry pack,-Beton serat, beton serat memiliki kekuatan tarik, kekuatan lentur, daya tahan terhadapimpak dan daya tahan terhadap abrasi yang lebih baik daripada beton biasa. Serat yangdigunakan dapat berupa metal, plastic, gelas atau serat natural.

5.      Shotcrete, atau yang juga biasa disebut sprayed concrete atau sprayed mortar terdiri dari bahan-bahan pembentuk yang sama seperti beton yaitu semen, agregat dan air. Perbedaan Shotcrete dengan beton biasa adalah bahwa Shotcrete biasanya menggunakan agregat kerikil yang bulat dan kandungan semennya lebih tinggi, selain itu water-cement rasio dari Shotcrete lebih rendah-sekitar 0,4.

b. Material yang berbahan dasar resin:
  a. Epoxy Material ini umumnya dibuat atas dasar epoxy resin (epoxy merupakan senyawa organik) dan meliputi resin untuk injeksi (injection resins), mortar yang dapat dicor dan pasta yang dapat diterapkan dengan tangan. Epoxy mortar terdiri dan resin, hardener dan  filler yang terdiri dari pasir halus, sedangkan epoxy concrete terdiri dari resin, hardener, pasir halus dan agregat kasar ukuran kecil.

b.   Elastomeric Sealants Bila retak yang harus diperbaiki bersifat aktif, artinya mengalami pergerakan-pergerakan yang berarti, pilihan untuk material yang akan digunakan sering jatuh pada elastomeric sealants. Material ini harus melawan infiltrasi pecahan-pecahan beton dan air kedalam retakan, memiliki ekstensibilitas yang tahan lama dan melekat pada tepi-tepi retak. Dua tipe elastomeric sealants yang biasa dipakai adalah: hot-applied, yang biasanya larutan material ini disemprotkan ke dinding dengan kecepatan 3m2/ltr dan ketika pelarutnya menguap, silicon resin tertinggal di dalam struktur pori dinding.

    c.   Bentonit Bentonite merupakan bubuk batuan yang diambil dari debu vukanik yang mengandung mineral tanah liat dengan persentase tinggi terutama sodium
bentonite. Material ini dapat mengabsorbsi air dalam kuantitas banyak dan rnengembang sampai 30 kali volumenya semula dan membentuk massa yang menyerupai jelly yang efektif berfungsi sebagai penghalang air.

Tabel 1. Metode dan Material untuk Perbaikan Beton


Kerusakan



Metode Perbaikan

Material








Retak
yang
hidup

Caulking


Elastomeric Sealer

(Live/Active Crack)

Injeksi
bertekananan

Flexible epoxy filler






menggunakan flexible filler








Jacketting (strapping)

Kawat atau batang baja





Overlaying


Membran atau mortar khusus





Perkuatan


Plat  baja,  post  tensioning,









stitching, dsb

Retak yang dormant

Caulking


Cement  grout  atau  mortar,









fast setting mortar





Injeksi
bertekanan

Rigid epoxy filler






menggunakan rigid filler








Coating


Bituminous coating, tar













Kerusakan


Metode Perbaikan


Material










Overlaying

Asphalt
overlay
dengan






membran





Grinding dan overlaying

Latex
modified
concrete,






beton sangat padat




Dry pack

Dry pack





Shotcrete

Mortar
(semen),
fast
setting






mortar, Mortar semen, beton






epoxy atau polymer




Jacketing (Strapping)

Batang baja





Perkuatan

Post tensioning dsb




Rekonstruksi

Sesuai kebutuhan



Voids

Dry pack

Dry pack



Honeycombs

Patching

PC grout, mortar atau semen



Resurfacing

Beton epoxy atau polymer



Shotcrete

Fast setting mortar




Replaced aggregate

Agregat kasar dan grout



Penggantian

Sesuai kebutuhan



Spalling

Patching

Beton epoxy, polymer, latex,






aspal






Shotcrete

Mortar
semen,
fast
setting






mortar






Overlay

Latex
modified
concrete,






beton aspal, beton




Coating

Bituminous coating




Penggantian

Sesuai kebutuhan



Sumber :Mohd Isneini (2009)






METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini dalam pelaksanaannya dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu :

1.        Tahapan Penyelidikan
Penyelidikan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a.       Penyelidikan Visual dan studi lapangan
b.      Penyelidikan non destructive / tidak merusak yang terdiri dari Penyelidikan kekuatan beton kondisi eksisting dengan hammer test, penyelidikan deformasi bangunan dengan alat ukur theodolite dan penyelidikan retak dengan digital mikroskop pembesaran 200 x.

2     Tahapan Permodelan
Permodelan dilakukan dengan perangkat lunak, kondisi yang terjadi pada bangunan akan dimodelkan dan akan diambil kesimpulan kondisi penyebab terjadinya kegagalan.
Dalam pelaksanaan tahapan penyelidikan maupun pada tahapan permodelan, peraturan atau kode pelaksanaan yang diacu adalah SNI SPM1003 untuk pengujian angka pantul beton keras, SNIT03-2847-2002 tentang perencanaan konstruksi beton untuk mengetahui deformasi, PPURG 1987 tentang pembebanan bangunan dan gedung dan SNI 03-2854-1992 tentangkorosif dalam beton



HASIL DAN PEMBAHASAN




Tabel 2. Data Konstruksi Bangunan Pendopo





Elemen
Material
Data Pendukung
Data Material
Pondasi
Pondasi
Gambar Teknik
-

Dangkal Beton


Kolom Lantai Dasar
Beton
Gambar Teknik
Tidak ada data
Lantai Dasar
Beton
Gambar Teknik
Tidak ada data
Slofe
Beton
Gambar Teknik
Tidak ada data
Balok Lantai 1
Beton
Gambar Teknik
Tidak ada data
Plat Lantai 1
Beton
Gambar Teknik
Tidak ada data
Kolom Lantai 1
Beton
Gambar Teknik
Tidak ada data
Ringbalk
Beton
Gambar Teknik
Tidak ada data
Dak
Beton
Tidak ada data
Tidak ada data
Penulangan
Baja
Tidak ada data
Tidak ada data



U24


Gambar struktur bangunan secara visualisasi seperti pada Gambar 1 sampai Gambar 3 berikut


                                     Gambar 1. Struktur Bangunan Gedung pendopo Iman

                               Gambar 2. retak lentur akibat beban berlebih pada area kubah


                            Gambar 3. Retak settlement di lantai dasar sisi kiri sebesar 5 mm


Dari hasil pengamatan yang dilakukan, hasil survey lapangan diperoleh :


 Plat  lantai  saat  digunakan  untuk pertemuan terasa bergerak/ berdeformasi
·     Pengguna ruang basement saat beban penuh diatasnya merasakan adanya pergerakan di  lantai beton dan terdapat material yang berjatuhan
·         Tidak dirasakan pergerakan bangunan ke samping

Penyelidikan tidak merusak

a.   Pengujian Hammer Test
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton saat ini adalah untuk kolom memiliki kekuatan sebesar 45 Mpa atau setara dengan K-500 dengan keseragaman data / tingkat kebenaran data sebesar 58 % serta balok dan plat memiliki nilai kuat tekan prakiraan sebesar 26 Mpa atau setara dengan K300 dengan tingkat keseragaman data sebesar 78%.

b. Pengujian elevasi dan Deformasi
Pengujian elevasi bertujuan untuk dapat melihat kondisi akhir dari kerataan permukaan dan sekaligus dapat dijadikan rujukan kondisi akhir dari bangunan. Hasil analisa menunjukkan prilaku penurunan plat yang sangat dominan berbeda, penurunan terbesar adalah sebesar 76 mm atau sebesar 7.6 cm tanpa disadari karena plat lantai miring dalam ke arah kiri bangunan. Gambar peta area deformasi plat seperti ditunjukan pada Gambar 5

d.      Pengujian Retak

Pengujian visual pada bagian bawah lantai yaitu Balok-Balok penopang kubah pendopo dengan menggunakan mikroskop digital diperoleh bahwa retak yang terjadi adalah retak lentur dengan lebar retak > 3 mm dengan indikasi bahwa kerusakan struktur terjadi akibat kelebihan beban layan.
Dari hasil pengujian tidak merusak ( nondestructive test) didapatkan bahwa hasil pengujian pada plat menunjukkan adanya deformasi pada plat yang melebihi batas yang diijinkan (25 mm) ini mengindikasikan adanya kegagalan struktur. Pengujian retak struktur pada balok – balok penopang kubah menunjukkan adanya kegagalan struktur dengan beban konstruksi yang berlebih , indikasinya adalah adanya retak struktur > 3 mm dengan jumlah yang banyak

Tahapan Permodelan
Berdasarkan data-data yang diketahui dari Gambar kerja dibuatlah model acuan tiga dimensi untuk analisa ulang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.
                                                                 Gambar 6.  Model Acuan


Rekomendasi Perbaikan

Merujuk pada kondisi diatas maka direkomendasikan beberapa perbaikan sebagai berikut :

1.   Secara keseluruhan bangunan konstruksi ini berada pada kondisi penjagaan sebelum kerusakan (Collapse  Prevented).  Kondisi  ini menyebabkan penggunaan konstruksi harus berada dalam batas pengawasan dan kendali teknis.

2.      Untuk mengurangi deformasi di plat sangat disarankan untuk menambahkan balok anak dengan cara menggunakan baja WF kecil yang disambungkan dengan angkur kimiawi.

3. Untuk penulangan balok yang kurang disarankan menggunakan CFR dengan memperhitungkan momen yang harus didukung oleh CFR seperti yang ditunjukkan pada

                                              Gambar 8. Penulangan Balok dengan CFR
 4. Untuk kolom dapat dilakukan membeserkan jacketing penampangnya menjadi 300x300

Gambar 9. Jacketing pada kolom



Kesimpulan

1.    Analisa Ulang yang dilakukan pada GedungPendopo Mahligai Iman di Kabupaten Tanah bumbu mengindikasikan bahwa bangunan mengalami degradasi kemampuan.
2.    Degradasi   kemampuan   ini   terjadi karena beberapa hal antara lain adanya
       ketidaktepatan pemilihan profil desain dan detailing penulangan, ketidaksesuaian dengan kode standar SNI yang berlaku dan kelebihan beban layan.
     3.   Rekomendasi yang diberikan adalah dilakukan perbaikan pada konstruksi bangunan dengan berbagai metode perbaikan (retrofitting) beton seperti penggunaan CFR (carbon fibre reionforced), Jacketing pada kolom dan Shortcrete grouting mortar untuk retak yang terjadi.
     4.     Harus ada maintenance (perawatan) konstruksi bangunan secara periodik agar konstruksi tetap aman dan nyaman untuk dipergunakan oleh publik

  




Daftar Pustaka :

Mohd Isneini, 2009. Kerusakanan dan Perkuatan Struktur Beton Bertulang. Jurnal Rekayasa

Vol 13 No 3. Desember 2009 PanitiaTeknikKonstruksidanBangunan, 2002 . Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002), BadanStandarisasi Nasional, Puslitbang Pemukiman, Bandung.

Paulay, T dan Park, R, Reinforced Concrete Structures,Wiley & Sons Ltd, New Zealand,1975

Suhendro,2008, Evaluasi, monitoring dan Repair Exixting structures. Program Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Suhendro, 2000, Teori Model Struktur dan Teknik Eksperimental. Beta Offset. Yogyakarta

Vis, W.C, 1993, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang. Jakarta Wahyudi L danA.Rahim S, 1999,


ERICK EDWARD PLOREN SITORUS

Search

Gunadarma Corner

Popular Posts

Gunadarma Corner

Weekly most viewed

Electricity Lightning