Erick Edward. S

KNOWLEDGE is POWER


Identifikasi Kerusakan dan Alternatif Perbaikan

Pada Konstruksi Struktur Beton Bertulang
(Studi Kasus Gedung Bangunan Pendopo Iman Mahligai Kab. Tanah Bumbu)



PENDAHULUAN

Suatu Konstruksi bangunan dikatakan berfungsi dengan baik jika bangunan tersebut mampu memberikan keamanan bagi setiap kegiatan yang dilakukan didalamnya. Jika konstruksi bangunan tersebut tidak bisa melakukan fungsinya dengan baik maka bangunan tersebut dapat dikatakan konstruksi tersebut tidak memiliki kinerja sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.

Gedung Pendopo Mahligai Iman Kabupaten Tanah Bumbu di Batulicin yang memiliki konstruksi 2 lantai dan didesain fungsinya sebagai kantor dan aula pertemuan pada perjalanannya dirasakan adanya gerakan pada saat penggunaan pertemuan dalam kondisi beban penuh. Kondisi bangunan saat ini masih dipergunakan sebagaimana biasanya. Mengingat bahwa konstruksi ini dipergunakan sebagai fasilitas umum maka sangatlah penting untuk melakukan suatu kajian ulang tentang kondisi struktur bangunan tersebut. Ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam kajian ini adalah melakukan identifikasi kerusakan-kerusakan yang terjadi pada Bangunan Pendopo Iman di Kabupaten Tanah Bumbu, Batulicin dan memberikan alternatif metode perbaikan konstruksi yang tepat untuk gedung Bangunan Pendopo Iman di Kabupaten Tanah Bumbu, Batulicin


KAJIAN TEORITIS

1 . Kerusakan yang terjadi pada Beton
Berdasarkan berbagai kerusakan struktur maka penyebab kerusakan struktur terbagi atas Overload (Kelebihan Beban), Gaya Geser yang Berlebih , Pergerakan Tanah, Korosi dan kesalahan perencanaan. Ciri Struktur beton yang didesain dengan konsep underreinforced adalah terjadinya retak yang terus menerus bertambah dan memiliki pola tertentu yang dapat dijadikan dasar untuk mengidentifikasikan penyebab terjadinya retak. Identifikasi juga dapat dilakukan dengan melihat prilaku struktur yang terjadi. Deformasi pada struktur juga menjadi acuan penyebab terjadinya kerusakan pada struktur.

2. Deformasi
Deformasi atau perubahan bentuk dapat terjadi pada struktur. UBC, ACI dan SNI telah menetapkan batasan – batasan deformasi struktur baik pada balok maupun pada kolom (story drift), Defleksi terjadi pada perletakan, pondasi, kolom, slab dan dinding yang secara visual terlihat sebagai lengkungan, lenturan atau perubahan bentuk. Defleksi terjadi karena overload, pengaruh korosi, ketidakcukupan pada konstruksi awal, beban gempa dan susut. Defleksi, dengan pembentukan tegangan internal di dalam beton, menyebabkan spalling pada permukaan beton. Biasanya defleksi dihindari dengan membatasi lendutan yang diijinkan sampai 1/200 atau maksimum 1 inchi dari bentang sepanjang 9 m.

3. Korosi
Korosi adalah hasil dari penetrasi klorida yng masuk pada beton maupun pada tulangan akibat terbukanya atau retak yang terjadi pada beton bertulang. Korosi ini dapat menentukan waktu layan dan waktu kerusakan sebuah struktur.Tulangan yang ditempatkan terlalu dekat dengan permukaan beton atau yang terekspose karena spalling, erosi atau retak dapat mengalami korosi. Oksidasi pada baja karena adanya kelembaban yang memicu terjadinya karat. Lingkungan yang agresif seperti air laut akan semakin menambah memperparah kerusakan akibat korosi. Hilangnya permukaan lekat antara baja dan beton akibat korosi menyebabkan menurunnya kekuatan beton.

4.   Jenis-jenis   Material  Untuk

Perbaikan
Saat ini tersedia sejumlah besar pilihan material yang dapat digunakan untuk melakukan perbaikan pada struktur beton, diantaranya yang utama adalah:

a.        Material-material yang cementitious
Material ini berkisar dari mortar dan grout serta beton yang konvensional sampai kepada material dengan sifat-sifat yang diperbaiki sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan adrnixtures. Penggunaan admixtures antara lain dapat menghasilkan sifat-sifat kohesif, pencapaian kekuatan secara cepat, kelecakan yang lebih tinggi, daya tahan terhadap tercucinya semen dan pengurangan bleeding serta susut.

Material perbaikan yang termasuk dalam jenis ini antara lain adalah:
1.     Beton, mortar atau grout, beton terutama digunakan untuk penggantian total penampang atau untuk memperbaiki rongga-rongga yang dalam sampai melalui tulangan beton.Sedangkan mortar dapat digunakan untuk perbaikan rongga-rongga sampai sekecil 4 cm. Grout memiliki keuntungan karena bersifat encer dan dapat dipompa sampai kebagianyang tidak terlihat sekalipun, namun grout memiliki kandungan air yang tinggi dankonsekuensinya mengalami penyusutan lebih besar besar dibanding mortar atau beton.

2.   Beton, dan mortar yang dimodifikasi dengan menambahkan latex, merupakan material perbaikan yang sangat berguna untuk melapisi kembali permukaan lantai bangunan atau lantai jembatan yang rusak.Material seperti ini dikenal dengan sebutan beton latex (latex concrete) atau latex-modified concrete dan pada akhir-akhir ini sering dikenal sebagai polimer modified concrete. (Material ini harus dibedakan dari polymer concrete yang mengandung polimer yang tidak ditambahkan dalam bentuk latex..

3.    Beton, mortar atau grout yang dimodifikasi dengan menambahkan polimer, polimer ditambahkan sebagai matrik memiliki beberapa keuntungan bagi pekerjaan perbaikan, keuntungan-keuntungan ini meliputi: kekuatan yang tinggi pada umur dini, kemampuan untuk dicor pada temperature dibawah titik beku memiliki kekuatan lekat yang baik, durabilitas yang tinggi walaupun bila harus digunakan pada kondisi yang akan merusak beton biasa. Sebagai polimer biasanya digunakan epoxy, polyurethane, unsaturated polyester, methyl methacrylate dan lain-lain.

Beton, mortar atau grout yang harus memiliki sifat tertentu untuk suatu tipe perbaikan dapat dibuat menggunakan semen khusus misalnya semen dengan kandungan alumina yang tinggi akan me galami setting dalam 2 s.d 4 jam dan dapat mencapai kuat tekan sebesar 22 Mpa dalam 6 jam. Beton, mortar atau grout yang dibuat dengan bahan ini memiliki daya tahan terhadap perusakan asam, sulfat, alkali, air laut dan minyak. Semen Portland tipe III yang dipakai dengan accelerator akan menghasilkan bahan yang sesuai untuk pekerjaan perbaikan yang cepat. Selain itu semen magnesium phosphate baik untuk pekerjaan penambalan.

4.       Dry Pack, istilah ini biasanya digunakan untuk mortar dengan bahan dasar semen Portland dengan kandungan air yang cukup rendah
sehingga tidak mengalami slump.Sebenarnya setiap material yang dapat digunakan dengan konsistensi sedemikian rupa sehingga tidak mengalami slump (no-slump consistency) dapat disebut dry pack,-Beton serat, beton serat memiliki kekuatan tarik, kekuatan lentur, daya tahan terhadapimpak dan daya tahan terhadap abrasi yang lebih baik daripada beton biasa. Serat yangdigunakan dapat berupa metal, plastic, gelas atau serat natural.

5.      Shotcrete, atau yang juga biasa disebut sprayed concrete atau sprayed mortar terdiri dari bahan-bahan pembentuk yang sama seperti beton yaitu semen, agregat dan air. Perbedaan Shotcrete dengan beton biasa adalah bahwa Shotcrete biasanya menggunakan agregat kerikil yang bulat dan kandungan semennya lebih tinggi, selain itu water-cement rasio dari Shotcrete lebih rendah-sekitar 0,4.

b. Material yang berbahan dasar resin:
  a. Epoxy Material ini umumnya dibuat atas dasar epoxy resin (epoxy merupakan senyawa organik) dan meliputi resin untuk injeksi (injection resins), mortar yang dapat dicor dan pasta yang dapat diterapkan dengan tangan. Epoxy mortar terdiri dan resin, hardener dan  filler yang terdiri dari pasir halus, sedangkan epoxy concrete terdiri dari resin, hardener, pasir halus dan agregat kasar ukuran kecil.

b.   Elastomeric Sealants Bila retak yang harus diperbaiki bersifat aktif, artinya mengalami pergerakan-pergerakan yang berarti, pilihan untuk material yang akan digunakan sering jatuh pada elastomeric sealants. Material ini harus melawan infiltrasi pecahan-pecahan beton dan air kedalam retakan, memiliki ekstensibilitas yang tahan lama dan melekat pada tepi-tepi retak. Dua tipe elastomeric sealants yang biasa dipakai adalah: hot-applied, yang biasanya larutan material ini disemprotkan ke dinding dengan kecepatan 3m2/ltr dan ketika pelarutnya menguap, silicon resin tertinggal di dalam struktur pori dinding.

    c.   Bentonit Bentonite merupakan bubuk batuan yang diambil dari debu vukanik yang mengandung mineral tanah liat dengan persentase tinggi terutama sodium
bentonite. Material ini dapat mengabsorbsi air dalam kuantitas banyak dan rnengembang sampai 30 kali volumenya semula dan membentuk massa yang menyerupai jelly yang efektif berfungsi sebagai penghalang air.

Tabel 1. Metode dan Material untuk Perbaikan Beton


Kerusakan



Metode Perbaikan

Material








Retak
yang
hidup

Caulking


Elastomeric Sealer

(Live/Active Crack)

Injeksi
bertekananan

Flexible epoxy filler






menggunakan flexible filler








Jacketting (strapping)

Kawat atau batang baja





Overlaying


Membran atau mortar khusus





Perkuatan


Plat  baja,  post  tensioning,









stitching, dsb

Retak yang dormant

Caulking


Cement  grout  atau  mortar,









fast setting mortar





Injeksi
bertekanan

Rigid epoxy filler






menggunakan rigid filler








Coating


Bituminous coating, tar













Kerusakan


Metode Perbaikan


Material










Overlaying

Asphalt
overlay
dengan






membran





Grinding dan overlaying

Latex
modified
concrete,






beton sangat padat




Dry pack

Dry pack





Shotcrete

Mortar
(semen),
fast
setting






mortar, Mortar semen, beton






epoxy atau polymer




Jacketing (Strapping)

Batang baja





Perkuatan

Post tensioning dsb




Rekonstruksi

Sesuai kebutuhan



Voids

Dry pack

Dry pack



Honeycombs

Patching

PC grout, mortar atau semen



Resurfacing

Beton epoxy atau polymer



Shotcrete

Fast setting mortar




Replaced aggregate

Agregat kasar dan grout



Penggantian

Sesuai kebutuhan



Spalling

Patching

Beton epoxy, polymer, latex,






aspal






Shotcrete

Mortar
semen,
fast
setting






mortar






Overlay

Latex
modified
concrete,






beton aspal, beton




Coating

Bituminous coating




Penggantian

Sesuai kebutuhan



Sumber :Mohd Isneini (2009)






METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini dalam pelaksanaannya dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu :

1.        Tahapan Penyelidikan
Penyelidikan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a.       Penyelidikan Visual dan studi lapangan
b.      Penyelidikan non destructive / tidak merusak yang terdiri dari Penyelidikan kekuatan beton kondisi eksisting dengan hammer test, penyelidikan deformasi bangunan dengan alat ukur theodolite dan penyelidikan retak dengan digital mikroskop pembesaran 200 x.

2     Tahapan Permodelan
Permodelan dilakukan dengan perangkat lunak, kondisi yang terjadi pada bangunan akan dimodelkan dan akan diambil kesimpulan kondisi penyebab terjadinya kegagalan.
Dalam pelaksanaan tahapan penyelidikan maupun pada tahapan permodelan, peraturan atau kode pelaksanaan yang diacu adalah SNI SPM1003 untuk pengujian angka pantul beton keras, SNIT03-2847-2002 tentang perencanaan konstruksi beton untuk mengetahui deformasi, PPURG 1987 tentang pembebanan bangunan dan gedung dan SNI 03-2854-1992 tentangkorosif dalam beton



HASIL DAN PEMBAHASAN




Tabel 2. Data Konstruksi Bangunan Pendopo





Elemen
Material
Data Pendukung
Data Material
Pondasi
Pondasi
Gambar Teknik
-

Dangkal Beton


Kolom Lantai Dasar
Beton
Gambar Teknik
Tidak ada data
Lantai Dasar
Beton
Gambar Teknik
Tidak ada data
Slofe
Beton
Gambar Teknik
Tidak ada data
Balok Lantai 1
Beton
Gambar Teknik
Tidak ada data
Plat Lantai 1
Beton
Gambar Teknik
Tidak ada data
Kolom Lantai 1
Beton
Gambar Teknik
Tidak ada data
Ringbalk
Beton
Gambar Teknik
Tidak ada data
Dak
Beton
Tidak ada data
Tidak ada data
Penulangan
Baja
Tidak ada data
Tidak ada data



U24


Gambar struktur bangunan secara visualisasi seperti pada Gambar 1 sampai Gambar 3 berikut


                                     Gambar 1. Struktur Bangunan Gedung pendopo Iman

                               Gambar 2. retak lentur akibat beban berlebih pada area kubah


                            Gambar 3. Retak settlement di lantai dasar sisi kiri sebesar 5 mm


Dari hasil pengamatan yang dilakukan, hasil survey lapangan diperoleh :


 Plat  lantai  saat  digunakan  untuk pertemuan terasa bergerak/ berdeformasi
·     Pengguna ruang basement saat beban penuh diatasnya merasakan adanya pergerakan di  lantai beton dan terdapat material yang berjatuhan
·         Tidak dirasakan pergerakan bangunan ke samping

Penyelidikan tidak merusak

a.   Pengujian Hammer Test
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton saat ini adalah untuk kolom memiliki kekuatan sebesar 45 Mpa atau setara dengan K-500 dengan keseragaman data / tingkat kebenaran data sebesar 58 % serta balok dan plat memiliki nilai kuat tekan prakiraan sebesar 26 Mpa atau setara dengan K300 dengan tingkat keseragaman data sebesar 78%.

b. Pengujian elevasi dan Deformasi
Pengujian elevasi bertujuan untuk dapat melihat kondisi akhir dari kerataan permukaan dan sekaligus dapat dijadikan rujukan kondisi akhir dari bangunan. Hasil analisa menunjukkan prilaku penurunan plat yang sangat dominan berbeda, penurunan terbesar adalah sebesar 76 mm atau sebesar 7.6 cm tanpa disadari karena plat lantai miring dalam ke arah kiri bangunan. Gambar peta area deformasi plat seperti ditunjukan pada Gambar 5

d.      Pengujian Retak

Pengujian visual pada bagian bawah lantai yaitu Balok-Balok penopang kubah pendopo dengan menggunakan mikroskop digital diperoleh bahwa retak yang terjadi adalah retak lentur dengan lebar retak > 3 mm dengan indikasi bahwa kerusakan struktur terjadi akibat kelebihan beban layan.
Dari hasil pengujian tidak merusak ( nondestructive test) didapatkan bahwa hasil pengujian pada plat menunjukkan adanya deformasi pada plat yang melebihi batas yang diijinkan (25 mm) ini mengindikasikan adanya kegagalan struktur. Pengujian retak struktur pada balok – balok penopang kubah menunjukkan adanya kegagalan struktur dengan beban konstruksi yang berlebih , indikasinya adalah adanya retak struktur > 3 mm dengan jumlah yang banyak

Tahapan Permodelan
Berdasarkan data-data yang diketahui dari Gambar kerja dibuatlah model acuan tiga dimensi untuk analisa ulang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.
                                                                 Gambar 6.  Model Acuan


Rekomendasi Perbaikan

Merujuk pada kondisi diatas maka direkomendasikan beberapa perbaikan sebagai berikut :

1.   Secara keseluruhan bangunan konstruksi ini berada pada kondisi penjagaan sebelum kerusakan (Collapse  Prevented).  Kondisi  ini menyebabkan penggunaan konstruksi harus berada dalam batas pengawasan dan kendali teknis.

2.      Untuk mengurangi deformasi di plat sangat disarankan untuk menambahkan balok anak dengan cara menggunakan baja WF kecil yang disambungkan dengan angkur kimiawi.

3. Untuk penulangan balok yang kurang disarankan menggunakan CFR dengan memperhitungkan momen yang harus didukung oleh CFR seperti yang ditunjukkan pada

                                              Gambar 8. Penulangan Balok dengan CFR
 4. Untuk kolom dapat dilakukan membeserkan jacketing penampangnya menjadi 300x300

Gambar 9. Jacketing pada kolom



Kesimpulan

1.    Analisa Ulang yang dilakukan pada GedungPendopo Mahligai Iman di Kabupaten Tanah bumbu mengindikasikan bahwa bangunan mengalami degradasi kemampuan.
2.    Degradasi   kemampuan   ini   terjadi karena beberapa hal antara lain adanya
       ketidaktepatan pemilihan profil desain dan detailing penulangan, ketidaksesuaian dengan kode standar SNI yang berlaku dan kelebihan beban layan.
     3.   Rekomendasi yang diberikan adalah dilakukan perbaikan pada konstruksi bangunan dengan berbagai metode perbaikan (retrofitting) beton seperti penggunaan CFR (carbon fibre reionforced), Jacketing pada kolom dan Shortcrete grouting mortar untuk retak yang terjadi.
     4.     Harus ada maintenance (perawatan) konstruksi bangunan secara periodik agar konstruksi tetap aman dan nyaman untuk dipergunakan oleh publik

  




Daftar Pustaka :

Mohd Isneini, 2009. Kerusakanan dan Perkuatan Struktur Beton Bertulang. Jurnal Rekayasa

Vol 13 No 3. Desember 2009 PanitiaTeknikKonstruksidanBangunan, 2002 . Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002), BadanStandarisasi Nasional, Puslitbang Pemukiman, Bandung.

Paulay, T dan Park, R, Reinforced Concrete Structures,Wiley & Sons Ltd, New Zealand,1975

Suhendro,2008, Evaluasi, monitoring dan Repair Exixting structures. Program Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Suhendro, 2000, Teori Model Struktur dan Teknik Eksperimental. Beta Offset. Yogyakarta

Vis, W.C, 1993, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang. Jakarta Wahyudi L danA.Rahim S, 1999,


ERICK EDWARD PLOREN SITORUS

Search

Gunadarma Corner

Popular Posts

Gunadarma Corner

Weekly most viewed

Electricity Lightning