Menulis adalah salah satu
sarana dalam menyampaikan ide, pendapat, gagasan atau saran dalam bentuk
rangkaian kata dan kalimat. Menulis adalah proses produksi untuk menghasilkan
sebuah karya yang bersumber dari pikiran. Berbeda dengan tulisan
artikel yang cara pengetikannya dilakukan sekehendak penulisnya, pengetikan
karya ilmiah harus disusun secara sistematik. Pada penulisan artikel, naskah
masih melalui proses pengeditan oleh redaktur surat kabar atau majalah yang akan
memuatnya. Tetapi pada penulisan karya ilmiah, penulisnya sendiri yang
bertindak sebagai editor. Karena itulah pemilihan jenis huruf, spasi, baris,
batas tepi, alinea baru, permulaan kalimat, judul, sub judul, bilangan dan
satuan harus ditata, sehingga mudah dibaca. Beberapa ketentuan untuk pengetikan
karya ilmiah adalah sebagai berikut :
1. Bahan dan Ukuran
a. Bahan yang digunakan untuk pengetikan karya ilmiah adalah kertas HVS 70
gram untuk isi, dan konstruk atau buffalow untuk sampul (cover) berwarna hijau.
b. Ukuran kertas untuk pengetikan ilmiah umumnya menggunakan kuarto atau
letter (279,4 x 215,9) mm, digunakan hanya untuk satu muka (tidak bolak-balik).
Posisi kertas vertikal (tall), kecuali untuk pengetikan tabel bisa digunakan
secara horizontal (wide).
c. Jenis huruf (font), pada dunia modern sekarang ini, penulisan karya
ilmiah tidak lagi pantas menggunakan mesin tik biasa (manual). Pengetikan harus
memakai komputer, atau paling tidak dicetak. Untuk pengetikan dengan komputer,
huruf yang digunakan harus huruf normal yang sering digunakan secara umum,
yaitu time, time new normal atau arial. Jangan menggunakan huruf-huruf aneh,
yang pada akhirnya akan menyulitkan pembaca.
d. Ukuran huruf (size) pilih yang standar. Pada program Wordstar gunakan
ukuran (size) 10 point. Untuk program lainnya misalnya : Chi-writer, Amipro,
Microsoft Word dan Page Maker menggunakan ukuran 12 point. Jenis huruf (font)
maupun ukuran (size) harus dipakai untuk pengetikan keseluruhan naskah. Kecuali
untuk abstraksi, tabel dan judul bisa memakai huruf dan ukuran yang berbeda.
Jumlah halaman minimal 40 halaman termasuk halaman prancis.
Pengetikan karya ilmiah punya cara tersendiri, antara lain sebagai berikut:
a. Bilangan dan Satuan Pengetikan bilangan dan satuan harus ditulis dengan angka, kecuali pada permukaan kalimat. Misalnya, empat puluh juta rupiah dihabiskan untuk penelitian ini (permulaan kalimat). Penelitian ini menghabiskan dana Rp. 40.000.000 (kalimat biasa). Pengetikan bilangan desimal ditandai dengan koma (,) bukan titik (.). Misalnya, 16,50 kg beras. Pengetikan jumlah satuan dinyatakan dengan singkatan resmi yang berlaku tanpa menambah titik di belakangnya. Misalnya : km, m, cm, 1, dan sebagainya.
a. Bilangan dan Satuan Pengetikan bilangan dan satuan harus ditulis dengan angka, kecuali pada permukaan kalimat. Misalnya, empat puluh juta rupiah dihabiskan untuk penelitian ini (permulaan kalimat). Penelitian ini menghabiskan dana Rp. 40.000.000 (kalimat biasa). Pengetikan bilangan desimal ditandai dengan koma (,) bukan titik (.). Misalnya, 16,50 kg beras. Pengetikan jumlah satuan dinyatakan dengan singkatan resmi yang berlaku tanpa menambah titik di belakangnya. Misalnya : km, m, cm, 1, dan sebagainya.
b. Spasi Baris Spasi atau jarak antara dua baris dibuat dengan spasi ganda
atau 2 spasi. Kecuali untuk kutipan langsung yang melebihi 2 baris. Judul dan
tabel yang melebihi 2 baris, pengetikannya dengan spasi tunggal atau 1 spasi.
c. Batas Tepi Batas-batas pengetikan diukur dari tepi kertas. Ukurannya
sebagai berikut: batas atas (top) 40 mm, bawah (bottom) 30 mm, sisi-sisi kiri
(left) 40 mm, dan kanan (right) 30 mm.
d. Alinea Baru Penulisan alinea baru pada karya tulis ilmiah diukur dari
sisi kiri batas garis kertas dengan masuk sampai 5 digit atau ketikan. Jadi
huruf pertama tiap alinea baru adalah pada ketikan ke-6 (enam).
e. Pengisian Ruangan Pada prinsipnya, ruangan yang tersedia pada lembar
kertas yang sudah diberi garis batas halaman, yaitu bagian atas, bawah, kiri,
dan kanan, harus diisi penuh dengan naskah karya ilmiah. Jangan sampai ada
ruangan yang kosong, kecuali untuk daftar tabel atau gambar.
f. Judul, Subjudul, dan Anak Judul
1. Judul karya ilmiah
harus ditulis dengan huruf besar (capital) semua, ukuran huruf dipilih dan
diatur sedemikian rupa, agar simetris dengan ukuran kertas yang digunakan. Pada
akhir kalimat judul tidak perlu diberi titik.
2. Subjudul. Penulisan subjudul menggunakan huruf yang sama dengan judul, tetapi ukurannya lebih kecil. Penempatan subjudul berada di bawah judul tanpa diberi garis. Sama seperti judul pada akhir kalimat sub judul, tidak perlu diberi titik.
2. Subjudul. Penulisan subjudul menggunakan huruf yang sama dengan judul, tetapi ukurannya lebih kecil. Penempatan subjudul berada di bawah judul tanpa diberi garis. Sama seperti judul pada akhir kalimat sub judul, tidak perlu diberi titik.
3. Anak judul. Anak judul pada umumnya berada di bagian dalam (isi naskah).
Penulisannya dimulai dari garis batas tepi sisi kiri dan diberi garis bawah.
Anak judul menggunakan huruf biasa bukan huruf besar (capital), kecuali huruf
pertama pada anak judul.
g. Perincian ke Bawah Pada
penulisan karya ilmiah, yang memiliki naskah kalimat yang harus disusun ke
bawah gunakan nomor urut memakai angka atau huruf. Misalnya 1, 2, 3 dan
seterusnya, atau a, b, c dan seterusnya. Jika masih ada urutan berikutnya bisa
memakai 1.1, 1.2, 1.3 dan seterusnya. Atau a.a, a.b, a.c dan seterusnya. Jangan
gunakan kata penghubung garis datar (-), untuk naskah kalimat tersusun.
h. Sisipan (Insert) Sisipan (insert) berupa gambar, grafik, tabel, dan sebagainya ditempatkan pada bagian tengah halaman secara simetris, yaitu sisi kiri dan kanan jaraknya sama.
h. Sisipan (Insert) Sisipan (insert) berupa gambar, grafik, tabel, dan sebagainya ditempatkan pada bagian tengah halaman secara simetris, yaitu sisi kiri dan kanan jaraknya sama.
3. Penomoran
Pemberian nomor pada karya ilmiah penempatannya harus benar. Penomoran ini
biasanya ada dua, yaitu nomor halaman dan nomor tabel.
a. Nomor Halaman
a. Nomor Halaman
1. Pada bagian awal halaman karya ilmiah
dari halaman judul sampai ke daftar pustaka, serta tabel, gambar dan lampiran
menggunakan huruf Romawi, tetapi ditulis dengan ukuran kecil. Misalnya, i, ii,
iii, iv, v, dan seterusnya.
2. Bagian dalam atau halaman isi karya
ilmiah, penomorannya menggunakan huruf latin biasa seperti 1, 2, 3 dan
seterusnya. Penempatan nomor halaman terdapat beberapa bentuk, yaitu pada
bagian kanan atas halaman, atau bagian kanan bawah tiap halaman, atau juga di
tengah-tengah halaman bagian bawah. Untuk halaman isi yang ada judul bab, tidak
perlu diberi nomor urut tetapi dilompati. Misalnya halaman 8, 9, dan 10. Pada
halaman 9 ada judul bab. Maka penomorannya 8, kosong dan 10.
3. Nomor Tabel dan Gambar Semua tabel dan
persamaan yang digunakan pada karya tulis ilmiah harus diberi nomor urut dengan
angka biasa. Penempatan nomor pada sisi kanan atas tiap tabel, gambar atau
persamaan.
4. Tabel dan Gambar
a. Tabel (daftar)
1. Nomor tabe Nomor
tabel atau daftar seluruhnya ditulis dengan huruf besar (capital),
penempatannya di atas tabel. Nama tabel yang terdiri dari lebih satu baris,
digunakan spasi tunggal. Penempatannya di tengah-tengah halaman naskah. Nomor
tabel ditempatkan pada sudut kanan atas di luar tabel tanpa diakhiri dengan
titik.
2) Kolom tabel Kolom-kolom dalam tabel diberi nama dan dijaga simetrisnya agar pemisahan masalah satu dengan masalah lainnya dapat jelas. Untuk itu, pemisahan masalah dalam kolom-kolom perlu diberi garis horizontal atau vertikal.
3) Tabel besar Tabel besar yang ukurannya melebihi satu halaman, dapat dibuat dalam halaman ganda (double page), tetapi penempatannya tetap sesuai dengan nomor halaman. Tidak dibenarkan memisah tabel besar menjadi beberapa halaman.
4) Judul kolom tabel Judul kolom pada tabel harus tepat di tengah, sehingga ruang yang kosong dalam tabel dapat memberi pandangan yang lebih luas lagi.
5) Sumber tabel Sumber tabel yang terdiri dari tulisan sumber serta nara sumber, diberi tempat di bawah tabel berjarak sekitar 2 spasi.
2) Kolom tabel Kolom-kolom dalam tabel diberi nama dan dijaga simetrisnya agar pemisahan masalah satu dengan masalah lainnya dapat jelas. Untuk itu, pemisahan masalah dalam kolom-kolom perlu diberi garis horizontal atau vertikal.
3) Tabel besar Tabel besar yang ukurannya melebihi satu halaman, dapat dibuat dalam halaman ganda (double page), tetapi penempatannya tetap sesuai dengan nomor halaman. Tidak dibenarkan memisah tabel besar menjadi beberapa halaman.
4) Judul kolom tabel Judul kolom pada tabel harus tepat di tengah, sehingga ruang yang kosong dalam tabel dapat memberi pandangan yang lebih luas lagi.
5) Sumber tabel Sumber tabel yang terdiri dari tulisan sumber serta nara sumber, diberi tempat di bawah tabel berjarak sekitar 2 spasi.
b. Gambar
1) Nomor gambar yang
diikuti dengan judul ditempatkan secara simetris di atas gambar. Kata-kata
dalam judul gambar tidak perlu diberi titik.
2) Penempatan gambar tidak boleh dipenggal, tetapi bisa dilipat dan di tempat dan sesuai dengan nomor urut halaman ini.
2) Penempatan gambar tidak boleh dipenggal, tetapi bisa dilipat dan di tempat dan sesuai dengan nomor urut halaman ini.
3) Keterangan gambar
dituliskan di tempat yang kelihatan kosong di dalam gambar.
5. Kutipan, Footnote, dan Backnote
5. Kutipan, Footnote, dan Backnote
a. Kutipan
1) Menulis kutipan
harus sama dengan aslinya, baik tentang susunan kalimat, ejaan atau tanda
bacanya. Jika kalimat yang dikutip itu tidak menggunakan huruf latin, misalnya
huruf Arab, Kanji, Jawa dan sebagainya, terlebih dulu harus diganti dengan
huruf latin.
2) Kutipan yang
menggunakan bahasa selain Bahasa Inggris harus diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia terlebih dahulu. Terjemahan itu ditempatkan di bawha kalimat kutipan
berjarak 2 spasi, dengan cara penulisan yang sama dengan cara penulisan
kutipan.
3) Kutipan yang
panjangnya kurang dari 5 baris, dimasukkan dalam teks biasa berspasi 2,
ditambah tanda petik pada awal dan akhir kalimat kutipan. Kutipan yang
panjangnya 5 baris atau lebih diketik berspasi 1 dengan mengosongkan 4 karakter
dari kiri dengan jarak 1 spasi.
4) Bilamana dalam
kutipan perlu menghilangkan beberapa bagian dari kalimat, maka pada bagian itu
diberi titik 3 buah. Misalnya: "… keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah,
sepenuhnya terletak pada kemampuan SDM pada masing-masing daerah…" Undang-undang
nomor 22 tahun 1999 menyebutkan, dst.
5) Apabila kutipan yang dihilangkan itu langsung sampai pada akhir kalimat, maka jumlah titik di awal kalimat menjadi 4. Misalnya: "….dengan otonomi daerah, pemerintah daerah tingkat II dcapat dengan leluasa mengelola kekayaan daerahnya masing-masing".
6) Jika yang dihilangkan itu satu kalimat atau lebih dalam kutipan tersebut, maka diketik titik-titik sepanjang satu baris. Contoh: "Demokrasi yang dituntut oleh gerakan reformasi, ternyata … yang sangat membingungkan".
7) Panjang kutipan dibatasi jangan sampai melebihi setengah halaman isi buku karya ilmiah.
5) Apabila kutipan yang dihilangkan itu langsung sampai pada akhir kalimat, maka jumlah titik di awal kalimat menjadi 4. Misalnya: "….dengan otonomi daerah, pemerintah daerah tingkat II dcapat dengan leluasa mengelola kekayaan daerahnya masing-masing".
6) Jika yang dihilangkan itu satu kalimat atau lebih dalam kutipan tersebut, maka diketik titik-titik sepanjang satu baris. Contoh: "Demokrasi yang dituntut oleh gerakan reformasi, ternyata … yang sangat membingungkan".
7) Panjang kutipan dibatasi jangan sampai melebihi setengah halaman isi buku karya ilmiah.
b. Footnote
Catatan kaki atau
footnote dalam halaman karya tulis, bertujuan untuk menyatakan sumber dari
kutipan tersebut, yang berisi pendapat, buah pikiran, fakta-fakta atau
statement yang bersumber dari tulisan orang lain. Bisa juga footnote itu berisi
komentar tentang sesuatu hal, asalkan komentar tersebut dikemukakan dalam teks.
1) Catatan kaki atau footnote diberi nomor. Bila dalam satu halaman terdapat lebih dari satu footnote, penulisannya diberi jarak 1 spasi.
2) Catatan kaki ditempatkan pada halaman yang sama dengan kutipan tersebut.
3) Jarak catatan kaki atau footnote dengan kalimat pada teks terakhir pada halaman naskah, adalah 4 spasi dan diberi garis pemisah kurang lebih 3 cm, dari tepi kiri naskah ke tengah-tengah antara teks dengan footnote.
1) Catatan kaki atau footnote diberi nomor. Bila dalam satu halaman terdapat lebih dari satu footnote, penulisannya diberi jarak 1 spasi.
2) Catatan kaki ditempatkan pada halaman yang sama dengan kutipan tersebut.
3) Jarak catatan kaki atau footnote dengan kalimat pada teks terakhir pada halaman naskah, adalah 4 spasi dan diberi garis pemisah kurang lebih 3 cm, dari tepi kiri naskah ke tengah-tengah antara teks dengan footnote.
4) Catatan kaki dapat
diambil dari sumber-sumber seperti: buku, majalah, surat kabar, dan karangan
yang tidak diterbitkan, seperti thesis, disertasi atau ensiklopedi.
5) Nomor catatan kaki dapat diangkat sedikit ke atas dari ban footnote, tetapi jangan sampai mencapai satu spasi. Nomor tersebut jaraknya 6 karakter ketika dari garis tepi sebelah kiri. Jika footnote lebih dari baris, maka baris kedua diketik pada garis tepi dari teks dengan jarak satu spasi. Contoh :
5) Nomor catatan kaki dapat diangkat sedikit ke atas dari ban footnote, tetapi jangan sampai mencapai satu spasi. Nomor tersebut jaraknya 6 karakter ketika dari garis tepi sebelah kiri. Jika footnote lebih dari baris, maka baris kedua diketik pada garis tepi dari teks dengan jarak satu spasi. Contoh :
a) Imawan, Riswandha, Metodologi Penelitian, Program
Pasca Sarjana Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya 1997.
b) Me Quail, Dennis, Mass Communication Theories an
Introduction, London Sage Publication, 1994.
6) Apabila catatan
kaki terdiri dari kumpulan tulisan yang berasal dari suatu buku, penulisan
footnotenya sebagai berikut:
Siregar, Ashadi,
Analisis atas perspektif genderisme atas majalah wanita di Indonesia, Lembaga
Penelitian UGM, Jogyakarta, 1992. Bejana Wanita, Panitia Dialog Perempuan dalam
Iklan Kalyanamitra, Jakarta, 1996.
7) Jika footnote
mengambil dari buku-buku terjemahan, maka disebutkan nama penulis buku, bukan
yang menerjemahkannya. Misalnya : Douglas A. Boyd, Critical Studies in Mass
Communication, terjemahan Sumarsono, BP3U Surabaya, 2000.
8) Dalam footnote penulisan nama pengarang dilakukan menurut urutan nama yang sewajarnya, sesuai dengan yang tertulis pada buku yang diacu. Pangkat atau gelar seperti Prof. Dr. Mr. dan sebagainya tidak disebutkan.
8) Dalam footnote penulisan nama pengarang dilakukan menurut urutan nama yang sewajarnya, sesuai dengan yang tertulis pada buku yang diacu. Pangkat atau gelar seperti Prof. Dr. Mr. dan sebagainya tidak disebutkan.
9) Keterangan atau
penjelasan tentang penerbit, harus disusun secara urut seperti nama, tempat,
tahun penerbitan, nomor halaman dan sebagainya.
10) Bila buku tersebut dicetak berulang kali, maka harus ditunjukkan "Cetakan ke…" di belakang judul buku yang dirujuk, dengan diberi garis bawah. Antara judul dengan keterangan tentang cetakan dapat diberi pemisah dengan tanda koma. Contoh: Littlejohn, Stephen W, Theories of Human Communication, fifth edition, Wardaworth Publishing Company, USA, 1996.
10) Bila buku tersebut dicetak berulang kali, maka harus ditunjukkan "Cetakan ke…" di belakang judul buku yang dirujuk, dengan diberi garis bawah. Antara judul dengan keterangan tentang cetakan dapat diberi pemisah dengan tanda koma. Contoh: Littlejohn, Stephen W, Theories of Human Communication, fifth edition, Wardaworth Publishing Company, USA, 1996.
11) Jika yang
dijadikan footnote adalah majalah, penulisannya sebagai berikut: Gunawan
Muhammad, Pembreidelan itu, Buku Putih Tempo, Jakarta, 1996.
12) Apabila footnote berasal dari buku-buku yang berjilid, keterangan tentang jilid itu harus diletakkan sebelum nama penerbit. Contoh: Astrid S., Susanto, teori Komunikasi dan Praktek Jilid I, Cipta, Bandung, 1977.
12) Apabila footnote berasal dari buku-buku yang berjilid, keterangan tentang jilid itu harus diletakkan sebelum nama penerbit. Contoh: Astrid S., Susanto, teori Komunikasi dan Praktek Jilid I, Cipta, Bandung, 1977.
13) Apabila yang
dirujuk untuk catatan kaki tersebut berasal dari tulisan surat kabar, maka cara
menulisnya sebagai berikut: 'Surabaya Post", 24 Mei, 1997.
14) Menulis footnote
tidak perlu ditulis selengkap-lengkapnya. Jika suatu sumber sudah pernah
dituliskan sebelumnya dengan lengkap, maka footnote tersebut dapat dipersingkat
dengan menggunakan singkatan. Misalnya ibid, op. cit atau Loc.cit.
Ibid adalah kependekan dari ibidem artinya pada tempat yang sama. Ibidem dipakai jika suatu kutipan diambil dari sumber yang sama dengan yang dituliskan pada lembar sebelumnya.
Ibid adalah kependekan dari ibidem artinya pada tempat yang sama. Ibidem dipakai jika suatu kutipan diambil dari sumber yang sama dengan yang dituliskan pada lembar sebelumnya.
Op.cit., merupakan
kependekan dari opere citato" artinya dalam karangan sudah pernah disebut
sebelumnya. Op. cit digunakan untuk merujuk pada karangan atau buku yang telah
dituliskan sebelumnya dengan lengkap pada halaman lain, serta sudah diselingi
dengan sumber-sumber lain.
Loc.cit, adalah
kependekan dari Loco Citato yang berarti pada tempat yang telah disebutkan.
Kegunaan loc.cit adalah untuk menunjuk pada halaman yang sama dari
sumber-sumber yang sudah dituliskan sebelumnya.
Contoh penggunaan
ibid, op.cit dan loc.cit:
Rakhmat, Jalaluddin,
Psikologi Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1984, hal: 197. Ibid. hal 29
(berarti sama dengan buku yang disebut sebelumnya)
D. KERANGKA UMUM PENULISAN KARYA ILMIAH
D. KERANGKA UMUM PENULISAN KARYA ILMIAH
Pada dasarnya karya
ilmiah memiliki kerangka umum sebagai berikut :
Namun perlu diperhatikan bahwa muatan dari setiap bagian kerangka umum beragam tergantung pada permasalahan yang dikaji.
Namun perlu diperhatikan bahwa muatan dari setiap bagian kerangka umum beragam tergantung pada permasalahan yang dikaji.
1.
Kerangka Umum Penelitian, Pengembangan
dan Evaluasi
2.
Kerangka umum penelitian, pengembangan
dan evaluasi dapat dirangcang sebagai berikut :
3.
Kerangka Umum Laporan Buku Seorang guru
yang membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk laporan buku dapat menggunakan
kerangka umum
Contoh Kesimpulan Dan Saran
A. KESIMPULAN
Seorang guru yang
ingin berdedikasi tinggi terhadap dunia pendidikan, tidak boleh tidak mereka
harus berupaya untuk melakukan pengembangan profesi. Pengembangan profesi
berguna untuk mempertehankan pembinaan atau merubah berbagai hal dalam sistem
kelembagaan pendidikan dan juga untuk promosi jenjang karir guru itu sendiri.
Supaya dapat
melaksanakan tugas mulia itu, guru dari celah-celah tugas rutinitas mereka yang
melelahkan dan hampir-hampir makan cukup waktu itu, mestilah jeli dan aktif
melihat realita berupa fakta kependidikan agama dan berbagai faktor yang
berhubungan dengan itu dan mengangkatnya menjadi data dalam berbagai
penelitian, kegiatan pengembangan dan penelitian.
Dari sini, mereka
melahirkan berbagai karya ilmiah, berupalaporan, makalah, artikel, naskah,
buku, modul, diktat, terjemahan, saduran, editing, dan lain-lain, baik akan
dibawa ke diskusi, lokakarya, workshop, seminar, penerbitan, penyiaran, dll.
Kesemuanya ini sangat diharapkan oleh pihak pengambil kebijakan dan keputusan
politik dan pelaksanaan dalam pengembangan pendidikan.
B. SARAN-SARAN
Bagi guru yang telah
membaca makalah ini sebaiknya diskusikan sesama teman sejawat untuk memahaminya
dan mempraktekkannya. Sehingga pengembangan profesi dimaksud segera
terrealisasi.
Apabila terdapat hal-hal
yang dipandang lebih meningkatkan kualitas dan mempermudah, mohon segera
kirimkan kirimkan ke DITMAPENDA ISLAM Departemen Agama, agar segera dicarikan
jalan keluar dan menjadi masukan berarti pada perbaikan selanjutnya.
1. Contoh : Halaman Judul
PEDOMAN PENULISAN
KARYA TULIS/KARYA
ILMIAH
UNTUK GURU
DISUSUN
DALAM RANGKA MEMENUHI
SALAH SATU PERSYARATAN
KENAIKAN
PANGKAT JABATAN GURU
OLEH
…………………………….
NIP:………………………
KANTOR DEPARTEMEN AGAMA
KABUPATEN/KOTA……………………………
…………………………..
2004
2. Contoh : Lembar Pengesahan
…………………………..
2004
2. Contoh : Lembar Pengesahan
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini
Telah diperiksa dan
disyahkan
Untuk diajukan kepada
Tim Penilai
Penetapan Angka Kredit
Jabatan
Guru Pendidikan Agama
Islam Pusat
Disyahkan di:……………………………
Pada
Tgl:…………………….thn……….
Mengetahui:
Kepala Kandepag
Kab/kota……………… Kepala Madrasah………
(………………………) (…………………………)
NIP: …………………. NIP: ..............………………….
3. Contoh : Rekomendasi dari Pengelola Perpustakaan Sekolah
(………………………) (…………………………)
NIP: …………………. NIP: ..............………………….
3. Contoh : Rekomendasi dari Pengelola Perpustakaan Sekolah
SURAT KETERANGAN
NOMOR: ………………
Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan dengan sebenarnya bahwa karya tulis/karya ilmiah:
Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan dengan sebenarnya bahwa karya tulis/karya ilmiah:
Saudara :
………………………..
Judul :
………………………..
Dibuat tahun : ………………………..
Telah didokumentasikan
di perpustakaan sekolah, dengan nomor induk inventaris: ………………………… dan nomor
klasifikasi ………………
Demikian surat ini
dibuat agar dapat digunakan seperlunya
………………………
Pengelola
Mengetahui:
Pengelola
Mengetahui:
Perpustakaan Sekolah/Madrasah Kepala Sekolah/Madrasah
(…………………………) (…………………………)
NIP: ………………… NIP: …………………….
5. Contoh : Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga karya tulis/karya ilmiah dengan judul: "PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH" ini dapat disusun dengan sebaik-baiknya. Adapun tujuan dari disusunnya naskah ini, antara lain adalah: Pertama, untuk memenuhi salah satu syarat untuk kenaikan pangkat/jabatan guru setingkat lebih tinggi. Kedua, untuk mengembangkan wawasan melalui tulisan sehingga dapat dibaca dan dikembangkan oleh tenaga kependidikan lainnya. Sangat disadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan dari para pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga karya yang kecil ini memberi manfaat yang besar bagi kita semua, Amin.
………………………
Penulis
(………………………)
NIP:…………………
6. Contoh : Daftar Isi
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga karya tulis/karya ilmiah dengan judul: "PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH" ini dapat disusun dengan sebaik-baiknya. Adapun tujuan dari disusunnya naskah ini, antara lain adalah: Pertama, untuk memenuhi salah satu syarat untuk kenaikan pangkat/jabatan guru setingkat lebih tinggi. Kedua, untuk mengembangkan wawasan melalui tulisan sehingga dapat dibaca dan dikembangkan oleh tenaga kependidikan lainnya. Sangat disadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan dari para pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga karya yang kecil ini memberi manfaat yang besar bagi kita semua, Amin.
………………………
Penulis
(………………………)
NIP:…………………
6. Contoh : Daftar Isi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KETERANGAN
PERPUSTAKAAN
KETERANGAN PANITIA
SEMINAR (Bila makalah diseminarkan)
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan dan Saran
C.
Ruang Lingkup
BAB II. PENGEMBANGAN
PROFESI
A.
Pengembangan Profesi
B. Karya Tulis Ilmiah
C. Macam-macam Karya Tulis
D. Rincian Angka Kredit Karya Tulis
BAB III. PEDOMAN
PENULISAN
A. Persyaratan Administrasi
B. Tehnik-tehnik Penyusunan Karya Tulis
BAB IV. PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran-saran
C.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
D.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
E.
PEDOMAN PENULISAN
F.
KARYA TULIS/KARYA ILMIAH
A. TEKNIK PENYUSUNAN
KARYA TULIS ILMIAH
Dalam penyusunan karya
tulis ilmiah yang perlu diperhatikan adalah tehnik-tehnik penggunaan bahasa,
tatacara penulisan, pengetikan format laporan, penulisan judul, penyajian
gambar dan tabel, pencantuman kutipan, pembuatan catatan kaki, penataan daftar
kepustakaan, penyusunan nama pada daftar kepustakaan, perbedaan penulisan
catatan kaki dan daftar kepustakaan.
1. Penggunaan Bahasa
Bahasa yang digunakan
untuk mengungkapkan pikiran menjadi kalimat yang benar dan baik dalam karya
tulis ilmiah di tanah air ini adalah bahasa Indonesia. Karena itu perlu
memahami kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia. Mesti dicermati sebuah kalimat
dalam tulisan sehingga memberi pengertian yang utuh, kait mengait dengan
kalimat lain sampai membentuk paragraf. Paragraf yang terdiri dari beberapa
kalimat, merupakan satuan terkecil dari sebuah karangan. Membangun satuan
pikiran sebagai bahagian dari keseluruhan pesan yang disampaikan oleh penulis
dalam karangannya dalam bentuk bahagian demi bahagian atau bab demi bab.
Penulis ilmiah yang baik adalah perangkai paragraf demi paragraf dengan baik
dalam setiap bahagian atau bab.
Paragraf yang baik
didahului penataan kalimat yang baik. Kalimat disusun dari deretan kata sesuai
aturan dan kaedah bahasa. Selain kalimat memiliki pokok bahasan, yang disebut
sebagai pokok kalimat (subjek), bahagian kalimat lainnya memberikan pokok
bahasan yang dinamai sebutan (predikat). Pada karangan ilmiah harus digunakan
kalimat yang lengkap. Setidak-tidaknya memiliki kedua unsur kalimat tersebut. Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disem-purnakan berdasarkan Kepmen P dan K
Nomor 0543/a/U/1997, menjadi pedoman yang sebaiknya digunakan dalam penulisan
karya ilmiah dalam bahasa Indonesia sepanjang masih berlaku. Pedoman tersebut
secara rinci menjelaskan tata cara pemenggalan kata, pemakaian huruf kapital
dan huruf miring, penulisan kata, ejaan dan peristilahan. Setidak-tidaknya
pedoman tersebut dipunyai dan selalu dipakai oleh seseorang dalam penulisan
karya ilmiah yang disajikan dalam bahasa Indonesia.
2. Tata Cara Penulisan
2. Tata Cara Penulisan
Penilaian karya
tulisan ilmiah, disamping memperhatikan isi materi yang disajikan, juga pada
tampilan atau wujud fisik karya tulis tersebut. Tampilan fisik tersebut
meliputi format, kerapian dan kesesuaian penyajian dengan aturan penulisan
ilmiah yang berlaku. Ada beberapa variasi dalam wujud fisik penyajian karya
tulis ilmiah. Namun pada prinsipnya satu sama lain tidak jauh berbeda, yang
penting dipegangnya prinsip konsistensi terhadap aturan yang dipakai.
3. Pengertian Format Laporan
Umumnya laporan
penelitian karya tulis ilmiah, ditulis di atas kertas warna putih jenis HVS 80
gram atau 70 gram, ukuran lebar 21,5 cm x panjang 28 cm (sering disebut ukuran
kertas kuarto). Pengetikan dengan jenis huruf tertentu (umumnya jenis Pica)
yang dilakukan hanya pada satu sisi kertas, tidak timbal balik.
Pada bagian pengantar tulisan, yang terdiri dari kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan abstrak, diberi nomor halaman dengan angka Romawi kecil (i, ii, iii, ….. dst). Selanjutnya mulai dari pendahuluan (Bahagian Pertama atau Bab I) sampai halaman terakhir dengan angka Arab (1, 2, 3, … dst). Nomor halaman dituliskan di tengah atau di sudut kanan atas halaman. Pada halaman yang mempunyai judul bab dimana judul bab nya dimulai dengan halaman tersendiri berpisah dari uraian bab sebelumnya, nomor halaman diletakkan pada bagian bawah halaman baik di tengah maupun di kanan. Bagi nomor yang diketik di tengah halaman di luar teks, jarak dari atas atau bawah halaman adalah 1,5 cm. Bagi nomor halaman yang diletakkan di kanan atas atau kanan bawah marjin teks, nomor diletakkan lurus dengan batas ketikan tepi kanan 1,5 cm.
Pada bagian pengantar tulisan, yang terdiri dari kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan abstrak, diberi nomor halaman dengan angka Romawi kecil (i, ii, iii, ….. dst). Selanjutnya mulai dari pendahuluan (Bahagian Pertama atau Bab I) sampai halaman terakhir dengan angka Arab (1, 2, 3, … dst). Nomor halaman dituliskan di tengah atau di sudut kanan atas halaman. Pada halaman yang mempunyai judul bab dimana judul bab nya dimulai dengan halaman tersendiri berpisah dari uraian bab sebelumnya, nomor halaman diletakkan pada bagian bawah halaman baik di tengah maupun di kanan. Bagi nomor yang diketik di tengah halaman di luar teks, jarak dari atas atau bawah halaman adalah 1,5 cm. Bagi nomor halaman yang diletakkan di kanan atas atau kanan bawah marjin teks, nomor diletakkan lurus dengan batas ketikan tepi kanan 1,5 cm.
Batas-batas pengetikan
pada kertas ialah: Dari tepi kiri 4 cm; dari tepi kanan 3 cm; dari batas atas 4
cm; sedangkan dari tepi bawah 3 cm. Jarak antara baris teks adalah 1,5 spasi
atau 2 spasi, kecuali inti kutipan langsung, judul daftar tabel, daftar gambar,
dan daftar kepustakaan menggunakan 1 spasi.
4. Penulisan Judul
Terdapat keragaman
dalam tata cara penulisan judul. Hal terbaik yang dapat dilakukan penulis
adalah penyesuaian dengan pedoman penulisan yang telah ditetapkan oleh instansi
pemberi tugas (bila ada). Bila tidak pedoman ini dapat dipakai sebagai
pegangan. Judul bab ditulis dengan huruf besar (kapital), ditebalkan dan diatur
sedemikian rupa hingga letaknya simetris di tengah halaman. Umumnya judul
diletakkan di halaman baru. Judul antara judul dengan teks diberi jarak 4
spasi. Judul tidak boleh ditempatkan dalam tanda kurung, tanda kutip, garis
bawah, dan tidak boleh diakhiri dengan tanda titik. Semua kata pada kalimat
Judul Sub Bab dimulai dengan huruf kapital (huruf besar), kecuali kata
penghubung dan kata depan dan semuanya diberi garis bawah (dengan menggunakan
komputer, pemakaian garis bawah digantikan dengan penebalan huruf pada
pengetikan). Kalimat sub judul tidak diakhiri tanda titik. Terdapat dua
pendapat dalam penempatan sub judul, yakni dituliskan simetris di tengah
halaman atau dituliskan rata kiri setelah nomor urut sub judul Judul sub-sub
bab diketik rata kiri setelah nomor sub judul. Kalimat dimulai huruf besar
(hanya huruf awal kalimat saja yang lainnya huruf kecil), diberi garis bawah
atau ditebalkan, serta diakhiri dengan titik. Kalimat pertama setelah judul,
sub judul, maupun sub-sub judul dimulai dengan alinea baru.
5. Penyajian Gambar
dan Tabel
Tulisan ilmiah umumnya
dilengkapi dengan gambar, tabel, rumus-rumus atau persamaan-persamaan yang
diletakkan simetris terhadap tepi kiri dan kanan kertas. Setiap tabel dan
gambar harus diberi nomor urut bab judul. Nomor urut menggunakan angka dua Arab
yang dipisahkan oleh tanda titik-titik. Angka pertama menunjukkan pada bab
berapa tabel dan gambar itu berada. Sedangkan angka kedua menunjukkan pada
nomor urut atau gambar tersebut di bab yang bersangkutan. Misalnya: Gambar 2.1
artinya gambar pertama pada bab 2; Tabel 3.4 artinya tabel keempat ada di bab
3. Nomor persamaan yang berbentuk matematis, ditulis dengan angka Arab di dalam
kurung dan diletakkan di batas tepi kanan.
Judul tabel ditulis setelah nomor tabel dengan huruf kecil dan ditempatkan simetris di atas tabel tanpa diakhiri dengan titik. Garis atas tabel dibuat rangkap atau tebal, sedangkan garis bawah hanya satu. Jika tabel itu mempunyai catatan (misalnya menyatakan sumber acuan menjelaskan singkatan yang tidak umum) dituliskan di bawah tabel, rata kiri. Untuk menghindari kekeliruan catatan tabel ditandai dengan bintang, asterik, atau huruf. Hanya catatan untuk judul tabel ditempatkan di tepi bawah halaman. Usahakan tabel jangan dipenggal. Bila hal itu terjadi, lanjutan tabel yang diletakkan pada halaman berikutnya, nomor tabel dan kata "lanjutan" atau "bersambung" ke halaman berikutnya dituliskan. Di halaman tempat sambu-ngan itu dituliskan sambungan tabel sebelumnya (Contoh: Tabel 3.2 lanjutan). Tabel terdiri kolom-kolom yang harus diberi nama dan pembatas yang tegas. Kalau jajaran kolom lebih panjang dari lebar kertas, maka bahagian atas tabel sebaiknya diletakkan di sebelah kiri kertas. Sedangkan tabel yang sangat lebar dan panjang harus dilipat sehingga seyogyanya diletakkan dalam lampiran.
Laporan penelitian juga sering dilengkapi dengan sajian gambar: Grafik, peta, foto, daftar alir, skedul dll. Penempatan gambar-gambar diusahakan sedekat mungkin dengan uraian dalam teks yang berkaitan dengan gambar tersebut. Gambar hendaknya disajikan pada bagian atau pada halaman sesudah uraian teksnya dan jangan sebaliknya. Setiap gambar harus mempunyai nomor gambar dan diikuti dengan judul gambar yang dibuat sedemikian rupa sehingga simetris terhadap gambar dan diletakkan di bawah gambar (Ingatlah: Nomor dan judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan nomor dan judul gambar diletakkan di bawah gambar). Keterangan gambar sebaiknya diletakkan di tempat yang lowong di dalam gambar. Gambar yang bentuknya memanjang sepanjang kertas, bagian atas gambar ditempatkan di sebelah kiri kertas.
Judul tabel ditulis setelah nomor tabel dengan huruf kecil dan ditempatkan simetris di atas tabel tanpa diakhiri dengan titik. Garis atas tabel dibuat rangkap atau tebal, sedangkan garis bawah hanya satu. Jika tabel itu mempunyai catatan (misalnya menyatakan sumber acuan menjelaskan singkatan yang tidak umum) dituliskan di bawah tabel, rata kiri. Untuk menghindari kekeliruan catatan tabel ditandai dengan bintang, asterik, atau huruf. Hanya catatan untuk judul tabel ditempatkan di tepi bawah halaman. Usahakan tabel jangan dipenggal. Bila hal itu terjadi, lanjutan tabel yang diletakkan pada halaman berikutnya, nomor tabel dan kata "lanjutan" atau "bersambung" ke halaman berikutnya dituliskan. Di halaman tempat sambu-ngan itu dituliskan sambungan tabel sebelumnya (Contoh: Tabel 3.2 lanjutan). Tabel terdiri kolom-kolom yang harus diberi nama dan pembatas yang tegas. Kalau jajaran kolom lebih panjang dari lebar kertas, maka bahagian atas tabel sebaiknya diletakkan di sebelah kiri kertas. Sedangkan tabel yang sangat lebar dan panjang harus dilipat sehingga seyogyanya diletakkan dalam lampiran.
Laporan penelitian juga sering dilengkapi dengan sajian gambar: Grafik, peta, foto, daftar alir, skedul dll. Penempatan gambar-gambar diusahakan sedekat mungkin dengan uraian dalam teks yang berkaitan dengan gambar tersebut. Gambar hendaknya disajikan pada bagian atau pada halaman sesudah uraian teksnya dan jangan sebaliknya. Setiap gambar harus mempunyai nomor gambar dan diikuti dengan judul gambar yang dibuat sedemikian rupa sehingga simetris terhadap gambar dan diletakkan di bawah gambar (Ingatlah: Nomor dan judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan nomor dan judul gambar diletakkan di bawah gambar). Keterangan gambar sebaiknya diletakkan di tempat yang lowong di dalam gambar. Gambar yang bentuknya memanjang sepanjang kertas, bagian atas gambar ditempatkan di sebelah kiri kertas.
6. Pencantuman Kutipan
Dalam penulisan karya
ilmiah seringkali diperguna-kan kutipan-kutipan untuk memperjelas dan
menegaskan isi uraian atau untuk membuktikan apa yang dituliskan. Kutipan
merupakan pinjaman kalimat atau pendapat dari orang lain. Cukup banyak hal-hal
penting dan yang sudah ditulis dalam buku-buku. Penulis dapat mengutip pendapat
tersebut, dengan syarat harus menyebutkan dari mana dan dimana pendapat itu
diambil. Terdapat dua macam kutipan yaitu kutipan lengkap dan kutipan isi.
Kutipan lengkap artinya, teks asli dikutip secara lengkap kata dan kalimatnya.
Sedangkan pada kutipan isi, hanya intisari pendapat yang dikutip. Kutipan
lengkap harus ditulis dengan tanda kutip. Kutipan yang terlalu panjang,
hendaknya diambil yang benar-benar perlu saja. Kutipan lengkap yang panjangnya
tidak lebih dari empat baris dapat langsung dimasukkan dalam teks dengan diapit
oleh tanda kutip. Sedangkan untuk kutipan isi, tidak perlu diberi tanda kutip.
Pada akhir kutipan diberi nomor untuk penunjukan (hal ini dilakukan bila
penjelasan kutipan menggunakan catatan kaki seperti terurai di bawah). Terdapat
cara penunjukan kutipan yang lain, yakni yang dikenal dengan cara Harvard.
Menggunakan cara ini, pada akhir atau awal kutipan dituliskan nama pengarang
dan tahun terbitan serta halaman buku acuan. Seringkali nomor yang dikutip juga
dituliskan. Berikut disajikan beberapa contoh: Suhardjono dam Mukidam (1993)
menyatakan bahwa "…….."; Dan Julius, 1992 (dalam Amiuza, 1991:12)
menulis "………." (Mismail, 1984: 119).
7. Pembuatan Catatan Kaki
Catatan kaki (footnotes)
merupakan penjelasan keterangan isi dalam teks karangan yang ditempatkan di
kaki halaman. Tujuan penjelasan itu dapat berupa
1) sumber asal kutipan
(bila cara ini dipakai)
2) keterangan tambahan
lain yang perlu tentang isi keterangan
3) merujuk bagian lain
dari teks.
Catatan kaki
dimaksudkan untuk memberikan informasi sumber asal kutipan harus mengungkapkan
1) Nama atau nama-nama
penulis sebagai sumber (perhatikan cara penulisan nama yang berbeda dengan cara
penulisan nama pada daftar kepustakaan)
2) Judul buku/makalah
tulisan sumber
3) Penerbit
4) Kota dan tahun
terbit, nama penerbit berbeda dengan daftar kepustakaan yang harus menyebut
nama penerbit
5) Halaman letak
kutipan pada buku sumber. Aturan penulisan catatan kaki ini berbeda dengan
penulisan daftar pustaka yang tidak mencantumkan halaman. Pembatas antara
masing-masing informasi menggunakan tanda koma dan tanda kurung (bedakan dengan
daftar pustaka yang menandai tanda titik). Sumber kutipan dapat diperoleh dari
buku, majalah, surat kabar, wawancara peraturan, atau mengutip dari kutipan. Penulisan
catatan kaki adalah sebagai berikut: (1) Harus diberikan nomor penunjukan
terhadap teks yang dijelaskan; (2) Diletakkan di bawah garis (sepanjang 15
ketikan) yang berada 3 spasi di bawah teks bagian bawah; (3) Masuk 5-7 ketikan
dari sembir kiri; (4) Menggunakan 1 spasi; (5) Jarak antara dua catatan kaki,
sebanyak 2 spasi.
Catatan kaki umumnya
disingkat dengan kata singkatan bahasa latin, seperti: ibid, op. cit, dan loc.
cit. Ibid (singkatan dari ibidem) artinya pada tempat yang sama dan halaman
yang berbeda serta belum diantarai sumber lain. Singkatan ini dipakai bila catatan
kaki yang berikut menunjuk kepada sumber yang telah disebut pada catatan kaki
sebelumnya. Op. cit (singkatan dari opera citato) berarti pada karya yang telah
dikutip dan halamannya berbeda, dipakai bila catatan itu menunjuk pada sumber
yang telah lebih dahulu, tetapi telah diselingi oleh catatan kaki yang lain.
Sedangkan Loc. cit (dari loco citato) artinya pada tempat yang telah dikutip di
halaman yang sama dan telah diantarai atau tidak diantarai oleh sumber lain.
Pedoman penyajian catatan kaki seringkali berbeda dari satu kepustakaan dengan kepustakaan yang lain. Sangat bijaksana untuk mengikuti pedoman dari pemberi tugas (bila ada). Bila tidak ada yang penting adalah ketaat-asasan (konsistensi) dalam tata cara penulisan. Artinya dalam satu karangan gunakan satu pedoman tata cara penulisan tertentu atau penggabungan yang dapat dipertanggung jawabkan secara aturan dan etika ilmu pengetahuan.
Pedoman penyajian catatan kaki seringkali berbeda dari satu kepustakaan dengan kepustakaan yang lain. Sangat bijaksana untuk mengikuti pedoman dari pemberi tugas (bila ada). Bila tidak ada yang penting adalah ketaat-asasan (konsistensi) dalam tata cara penulisan. Artinya dalam satu karangan gunakan satu pedoman tata cara penulisan tertentu atau penggabungan yang dapat dipertanggung jawabkan secara aturan dan etika ilmu pengetahuan.
8. Penulisan Daftar
Kepustakaan
Daftar kepustakaan
(bibliography) harus dapat memberikan informasi secara lengkap mengenai nama
penulis, judul kepustakaan, keterangan penerbit dan waktu penerbitan. Dalam
menuliskannya terdapat beberapa cara yang sedikit berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya.
Secara umum cara
penulisan daftar kepustakaan adalah sebagai berikut:
a. Jarak penulisan dalam satu sumber daftar kepustakaan dibuat satu spasi, sedangkan antara satu sumber kepustakaan dengan yang lainnya diberi jarak dua spasi;
b. Huruf pertama rapat sembir kiri, sedang baris berikutnya mundur 5 ketukan dari sembir kiri sehingga ketukan pertama huruf adalah pada ketukan ke-6;
c. Nama penulis disusun menurut abjad awal nama dan umumnya tidak perlu memberikan nomor urut;
a. Jarak penulisan dalam satu sumber daftar kepustakaan dibuat satu spasi, sedangkan antara satu sumber kepustakaan dengan yang lainnya diberi jarak dua spasi;
b. Huruf pertama rapat sembir kiri, sedang baris berikutnya mundur 5 ketukan dari sembir kiri sehingga ketukan pertama huruf adalah pada ketukan ke-6;
c. Nama penulis disusun menurut abjad awal nama dan umumnya tidak perlu memberikan nomor urut;
d. Informasi disajikan
sesuai urutan abjad awal nama pengarang, judul kepustakaan, keterangan
penerbitan, tempat terbitnya dan waktu terbitan. Antar informasi itu dipisahkan
dengan tanda titik.
9. Penyusunan Nama
pada Daftar Kepustakaan
Penyusunan nama pada
daftar kepustakaan, seringkali membingungkan. Bila suatu kepustakaan mempunyai
dua nama pengarang hendaknya diperhatikan cara penulisan nama pengarang pertama
(nama keluarga dituliskan di belakang).
Penulisan nama di daftar kepustakaan tidak perlu dituliskan gelar kesarjanaan atau pangkatnya. Untuk nama Indonesia yang hanya terdiri dari satu unsur, dituliskan sebagaimana adanya (misalnya: Suhardjono). Namun banyak nama yang terdiri dari dua unsur atau lebih. Untuk nama yang diikuti dengan nama ayah (Budiono Ismail), nama keluarga (Mohammad Farid Baradja), atau marga (Muchtar Lubis), maka nama ayah, nama keluarga, nama marga dituliskan terlebih dahulu dan disusul dengan unsur nama berikutnya setelah tanda koma. Saat ini makin sering juga dijumpai nama Indonesia yang terdiri dari dua unsur atau lebih yang bukan merupakan gabungan nama ayah, keluarga atau marga, misalnya: Riyanto Hariwibowo, Dwi Anita Rukmanasari, Sri Mulyani. Menuliskannya dilakukan dengan unsur nama terakhir diletakkan di depan, jadi dituliskan sebagai berikut: Hariwibowo, Riyanto; Rukmanasari, Dwi Anita; Mulyani, Sri. Bila nama diikuti dengan gelar (Raden Udiyanto, Andi Adam) atau nama panggilan (Like Wilardjo) maka nama diri dituliskan terlebih dahulu dari gelarnya atau penggilan-nya (Udiyanto, Raden; Adam, Andi; Wilardjo, Like). Namun bila nama tersebut merupakan gabungan dari gelar, nama dan nama keluarga (Andi Hakim Nasution), maka penulisan nama keluarga dilakukan terlebih dahulu (Nasution, Andi Hakim). Penulisan nama Bali (I Gusti Ngurah Adipa), dimulai dengan nama diri dan baru disusul unsur nama yang lain (Adipa, I Gusti Ngurah). Namun bila masih ada nama keluarga di belakangnya (I Wayan Wija Pagehgiri) dituliskan dengan menempatkan nama keluarga di depan (Pagehgiri, I Wayan Wija). Bila kepustakaan yang dirujuk tidak menunjukkan nama penulisnya, dituliskan sebagai pengganti nama kata "anonim".
Secara umum, cara penulisan informasi tentang judul kepustakaan, keterangan penerbit, dan waktu penerbitan sama dengan aturan pada penulisan catatan kaki. Baik pada catatan kaki maupun daftar kepustakaan, nama judul sumber digarisbawahi atau dimiringkan.
Penulisan nama di daftar kepustakaan tidak perlu dituliskan gelar kesarjanaan atau pangkatnya. Untuk nama Indonesia yang hanya terdiri dari satu unsur, dituliskan sebagaimana adanya (misalnya: Suhardjono). Namun banyak nama yang terdiri dari dua unsur atau lebih. Untuk nama yang diikuti dengan nama ayah (Budiono Ismail), nama keluarga (Mohammad Farid Baradja), atau marga (Muchtar Lubis), maka nama ayah, nama keluarga, nama marga dituliskan terlebih dahulu dan disusul dengan unsur nama berikutnya setelah tanda koma. Saat ini makin sering juga dijumpai nama Indonesia yang terdiri dari dua unsur atau lebih yang bukan merupakan gabungan nama ayah, keluarga atau marga, misalnya: Riyanto Hariwibowo, Dwi Anita Rukmanasari, Sri Mulyani. Menuliskannya dilakukan dengan unsur nama terakhir diletakkan di depan, jadi dituliskan sebagai berikut: Hariwibowo, Riyanto; Rukmanasari, Dwi Anita; Mulyani, Sri. Bila nama diikuti dengan gelar (Raden Udiyanto, Andi Adam) atau nama panggilan (Like Wilardjo) maka nama diri dituliskan terlebih dahulu dari gelarnya atau penggilan-nya (Udiyanto, Raden; Adam, Andi; Wilardjo, Like). Namun bila nama tersebut merupakan gabungan dari gelar, nama dan nama keluarga (Andi Hakim Nasution), maka penulisan nama keluarga dilakukan terlebih dahulu (Nasution, Andi Hakim). Penulisan nama Bali (I Gusti Ngurah Adipa), dimulai dengan nama diri dan baru disusul unsur nama yang lain (Adipa, I Gusti Ngurah). Namun bila masih ada nama keluarga di belakangnya (I Wayan Wija Pagehgiri) dituliskan dengan menempatkan nama keluarga di depan (Pagehgiri, I Wayan Wija). Bila kepustakaan yang dirujuk tidak menunjukkan nama penulisnya, dituliskan sebagai pengganti nama kata "anonim".
Secara umum, cara penulisan informasi tentang judul kepustakaan, keterangan penerbit, dan waktu penerbitan sama dengan aturan pada penulisan catatan kaki. Baik pada catatan kaki maupun daftar kepustakaan, nama judul sumber digarisbawahi atau dimiringkan.
10. Perbedaan
Penulisan Catatan Kaki dan Daftar Kepustakaan
a. Pada catatan kaki nama diri ditulis terlebih dahulu (Contoh: Budiono
Mismail; J.E. Wert; Bambang Handoyo; dan Stephen Kakisina). Sedangkan pada
daftar pustaka, nama keluarga, marga, ayah, ditulis terlebih dahulu (Contoh:
Mismail, Budiono; Wert. J.E.; Handoyo, Bambang dan Kakisina, Stephen);
b. Pada catatan kaki antar informasi dipisahkan oleh tanda koma (contoh: Sri Harto, Hidrologi Terapan, Badan Penerbit UGM, Yogyakarta, 1983, hal. 423). Sedangkan pada daftar kepustakaan dipisahkan oleh tanda titik (contoh: Harto, Sri. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Badan Penerbit UGM, 1983).
b. Pada catatan kaki antar informasi dipisahkan oleh tanda koma (contoh: Sri Harto, Hidrologi Terapan, Badan Penerbit UGM, Yogyakarta, 1983, hal. 423). Sedangkan pada daftar kepustakaan dipisahkan oleh tanda titik (contoh: Harto, Sri. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Badan Penerbit UGM, 1983).
c. Pada daftar
kepustakaan perlu mencantumkan nama penerbitnya, misalnya: Gramedia; Mc. Graw
Hill Company; Badan Penerbit UGM; dll. Sedangkan pada catatan kaki tidak
terlalu diperlukan dan kalau dicantumkan juga tidak salah.
d. Pada daftar pustaka tidak perlu menuliskan halaman tempat dimana kutipan pustaka tersebut diambil, sementara pada kutipan dalam teks atau pada catataan kaki itu perlu.
d. Pada daftar pustaka tidak perlu menuliskan halaman tempat dimana kutipan pustaka tersebut diambil, sementara pada kutipan dalam teks atau pada catataan kaki itu perlu.
e. Urutan penulisan
daftar kepustakaan mempunyai beberapa variasi, misalnya ada yang menempatkan
tahun terbitan setelah nama penerbit, dan beragam variasi lain. Untuk kita
pedomani saja contoh yang telah ada pada buku ini.
Demikianlah sejumlah tehnik penulisan karya tulis ilmiah untuk pegangan dasar dalam memulai pembuatan rancangan penelitian, pengembangan, evaluasi serta pelaporannya, pembuatan makalah, artikel, naskah media elektronik, pembuatan buku, modul, diktat, terjemahan, saduran, dll.
Demikianlah sejumlah tehnik penulisan karya tulis ilmiah untuk pegangan dasar dalam memulai pembuatan rancangan penelitian, pengembangan, evaluasi serta pelaporannya, pembuatan makalah, artikel, naskah media elektronik, pembuatan buku, modul, diktat, terjemahan, saduran, dll.
B. PERSYARATAN ADMINISTRASI
Dalam rangka memenuhi
keabsahan sebuah karya tulis atau karya ilmiah guru untuk kenaikan pengkat dan
atau jabatan guru setingkat lebih tinggi, maka perlu diperhatikan
persyaratan-persyaratan administrasi sebagai berikut:
1. Karya tulis/karya ilmiah yang diajukan kepada tim penilai hendaknya diberi judul yang dituangkan dalam halaman "judul" (contoh halaman judul terlampir).
2. Karya tulis/karya ilmiah yang akan diajukan kepada tim penilai harus disyahkan terlebih dahulu oleh kepala sekolah/kepala madrasah tempat bersangkutan bertugas. Tanpa adanya lembar pengesahan tersebut karya tulis tidak diberi nilai. (contoh lembar pengesahan terlampir).
3. Karya tulis/karya
ilmiah yang diajukan kepada tim penilai hendaknya telah mendapat rekomendasi
dari pengelola perpustakaan sekolah yang menyatakan bahwa karya tersebut
didokumentasikan di perpustakaan sekolah guru yang bersangkutan. (contoh
rekomendasi terlampir).
4. Bila karya tulis ilmiah yang diajukan
merupakan makalah atau bahan dalam kegiatan penataran, seminar, lokakarya dll,
maka harus ada keterangan dari panitia pelaksana kegiatan tersebut. (contoh
keterangan terlampir).
5. Dalam karya
tulis/karya ilmiah hendaknya dibuatkan kata pengantar yang disusun oleh
penulis, kata pengantar ini penting, agar tim penilai dapat melihat kapan
penulis membuat karya ini. (contoh kata pengantar terlampir).
6. Karya tulis/ilmiah yang diajukan hendaknya dilengkapi dgn out line (daftar isi) yang agak rinci agar tim penilai mudah melakukan tugas penilaian. (contoh daftar isi terlampir).
6. Karya tulis/ilmiah yang diajukan hendaknya dilengkapi dgn out line (daftar isi) yang agak rinci agar tim penilai mudah melakukan tugas penilaian. (contoh daftar isi terlampir).
7. Dalam sebuah karya
tulis/karya ilmiah yang diajukan kepada tim penilai, hendaknya dilengkapi
dengan daftar kepustakaan/daftar bacaan. (sebagaimana contoh terlampir).
0 komentar:
Posting Komentar